MERANTAU

hendri putra
Chapter #25

Episode 25 : Janji Dua Sahabat

Kedua orang gondrong itu terus berlari untuk menghindari kejaran dari anak buah Tongki yang sedang mengejar mereka.

"Kita tidak mungkin terus berlari seperti ini." ujar Omat yang terengah-engah dan memegang lututnya.

"Sebaiknya kau telepon dan hubungi Madan saja, biar semua selesai." sambung Omat lagi.

Ucup tanpa pikir panjang lagi segera merogoh kantongnya untuk mengambil ponsel.

"Sial!" seru Ucup sambil meraba-raba seluruh kantong uang ada di celananya.

"Ada apa?" tanya Omat heran.

"Ponselku! ponselku! Tidak ada!" jawab Ucup sambil terus memeriksa seluruh kantong celananya.

"Bagaimana bisa?" kembali Omat bertanya sambil menatap tajam ke arah Ucup.

"A...aku tidak tahu, mungkin saja ponsel ku terjatuh saat kita berlari tadi." jawab Ucup.

"Tidak ada cara lain sepertinya," kata Omat sambil memperhatikan keadaan sekitar tempat itu.

"Apa maksudmu?" tanya Ucup tidak mengerti.

"Kita sudah cukup lama berteman dan jadi sahabat bahkan sudah seperti saudara." kata Omat.

"Iya, aku tahu itu, begitu juga dengan bang Jon." balas Ucup.

"Aku tidak tahu apakah hari ini kita akan selamat dan tetap hidup." kembali Omat berujar.

"Heh! Jangan bicara yang macam-macam seperti itu!" seru Ucup.

"Sejak berkenalan dengan Madan babe Sapar serta keluarganya serta mendapat pekerjaan yang layak, aku merasa hidupku cukup berguna akhir-akhir ini." kata Omat sambil tersenyum.

"Aku juga merasa begitu." balas Ucup singkat.

"Kalau kita tetap bersama dan tertangkap, maka Madan tidak akan mendapatkan informasi penting itu." terang Omat.

"Jadi, kita berpisah di sini saja, jika kita berpisah maka masih ada salah satu diantara kita yang akan sampai menemui Madan." sambung Omat.

Ucup mengangguk paham.

"Kita sama-sama berjanji untuk tidak tertangkap oleh si Tongki sialan itu dan bertemu di Paradise nantinya." kata mereka serentak.

Kedua orang sahabat itu lantas berpisah dan mencari jalan masing-masing untuk mencapai Paradise dan menemui Madan.

*****

Omat berlari berlawanan arah dengan Ucup, dia menghentikan larinya dan berbalik badan melihat Ucup berlari dari kejauhan.

"Maafkan aku sobat, aku membohongimu, semoga kau cepat sampai dan bertemu dengan Madan, soal Tongki dan anak buahnya yang sialan itu, biar aku yang mengurusnya." kata Omat di dalam hati sambil memperhatikan Ucup yang kemudia sahabatnya itu hilang ditelan tikungan jalan.

Omat tidak lagi berlari, dia berjalan dengan santainya, tak ada lagi rasa takut pada dirinya saat itu. Salah satu anggota geng gondrong itu tersenyum menatap segerombolan orang yang tengah berlari menghampiri dirinya.

"Satu...dua...tiga..empat...lima...e..enam, cuma enam orang?" tanya Omat saat menghitung orang-orang yang sedang berdiri gagah itu di hadapannya.

Lihat selengkapnya