Omat terus bertahan walau pun di beberapa bagian tubuhnya mengalami luka-luka terkena senjata lawan. Berapa pun tangguhnya Omat dalam bertarung, namun jika dikeroyok oleh empat orang sekaligus, tentu saja membuat dia tidak bisa mengimbangi mereka.
Crash...
Satu ayunan golok dari belakang mengenai punggungnya dan seketika itu juga membuat tubuh Omat menjadi limbung dan kehilangan keseimbangan.
Namun dengan sisa-sisa tenaganya, Omat berusaha untuk terus bertahan dan menyerang tanpa arah kepada musuh-musuhnya.
Ke empat orang itu melihat Omat sudah kepayahan membuat mereka semakin semangat untuk menghajar Omat.
Buuk.... Buuk.... Buuk... Buuk....
Hantaman benda tajam dan tumpul dari senjata musuh menghantam tubuh anggota geng gondrong itu.
Omat yang sudah terjatuh beberapa kali, mencoba untuk kembali bangkit dan setiap kali dia mencoba untuk bangkit, saat itulah musuh kembali menghajarnya.
"Bangsat kalian semua!" maki Omat saat kembali berusaha berdiri.
Wuuut.....
Dia mengayunkan senjata yang ada di tangannya untuk melindungi diri saat musuh mencoba menyerang dari depan.
Namun dari belakang satu hantaman sling besi tepat menghantam kepalanya.
"Ught....!" Omat melenguh kuat sambil memegang kepalanya.
Balok kayu yang ada di tangannya tepas dan dari kepalanya darah segar mengucur deras.
Cukup lama Omat berlutut dan meraung sambil memegangi kepalanya yang terluka sampai pada akhirnya dia jatuh tertelungkup dan tak bergerak lagi.
Ke empat orang anak buah Tongki itu tampak ada yang terluka juga dan mereka sama sekali tak menyangka musuh bisa memberi perlawanan yang sengit dan merepotkan, bahkan mereka juga kehilangan dua orang kawan mereka.
Alih-alih untuk membawa dua orang kawan mereka yang telah tewas, ke empat orang tersebut segera pergi meninggalkan tempat itu.
*****
Hujan sore itu mulai turun dengan sangat derasnya. Air hujan itu membasahi tubuh ketiga orang yang sudah meninggal tersebut dan darah mereka terbawa oleh arus air yang mengalir seakan-akan air hujan membersihkan tempat itu dari darah-darah mereka.
Ucup terus berlari tanpa mempedulikan hujan yang semakin lebat. Sebuah gang yang di apit oleh dua gedung besar yang bersebalahan dan kedua gedung itu memang telah lama kosong dan tidak terpakai lagi.
Jalanan di sana memang sangat becek terlebih ketika hujam turun.
Ucup menghentikan larinya dan tampak terbungkuk-bungkuk sambil mengatur pernafasannya. Dia memperhatikan ada sesuatu yang aneh ketika dia memperhatikan air hujan yang mengalir dan masuk ke dalam selokan di dekat dia berdiri.