Pagi itu Anandita sudah berpakaian rapi dan berdandan sangat cantik. Dia memang sudah beberapa hari ini tidak masuk kerja. Walaupun dia tidak masuk kerja atau berada di Paradise, Anandita selalu menghubungi kepala koki restoran itu untuk bertanya dan memastikan bahwa setiap menu yang disajikan sudah sesuai dengan standard yang dia tentukan sendiri.
Sejak kejadian penculikan yang dilakukan oleh Rustam Kabir terhadap dirinya beberapa hari yang lalu cukup meninggalkan bekas trauma pada dirinya. Namun dia berusaha untuk melawan rasa takut atas traumanya itu, karena bagaimana pun dia harus menyelesaikan sangkut paut atau hutang piutang sesuai wasiat mendiang ayahnya sebelum ayahnya meninggal dunia. Sudah hampir tiga bulan lamanya dia merubah wajah Hell yang dulunya adalah sebuah bar dan diskotik menjadi sebuah restoran yang bernama Paradise. Perubahan nama dan tempat kegunaannya, sekarang Paradise menjadi salah satu restoran yang banyak di minati dan selalu ramai pengunjung. Dampaknya tentu saja ada peningkatan pemasukan dan tidak membuat keuangan mereka menjadi minus lagi.
Lama tak mendatangi Paradise menyiratkan sebuah rasa rindu di hati gadis cantik itu terhadap bosnya, Madan.
Namun ada satu hal yang mengganjal dalam hati Anandita, dimana saat Madan tiba-tiba saja datang, dia sedang di peluk erat oleh tunangan atau mantan tunangannya yang bernama Piere dan kejadian itu berlangsung tepat di depan mata Madan.
Dia menyingkirkan semua rasa keraguan di dalam hatinya dan memantapkan diri untuk segera berangkat menuju Paradise.
Bagaimana pun juga dia memang harus secepatnya kembali masuk kerja karena hari pernikahan Nadia dan Rizal yang menyewa restoran mereka hanya tinggal hitungan hari saja.
Saat Anandita sampai di Paradise, gadis itu melihat suasana di tempat itu sepi-sepi saja. Dia naik keatas dimana Madan berkantor di sana, namun dia tidak mendapati seseorang pun berada di dalam ruangan itu.
"Pada kemana mereka semuanya?" gadis itu bertanya-tanya dalam hati.
Setelah tidak mendapati seorang pun di dalam ruangan itu, Anandita lalu kembali bergegas turun ke bawah. Di tangga dia berpapasan dengan Jek yang tampak sedang terburu-buru.
"Eh...Anandita, apa kau baik-baik saja?" sapa Jek.
"Sudah sedikit lebih baik, saya datang karena sudah merasa bosan di rumah" balas Anandita.
"Kenapa di ruang atas tidak ada orang sama sekali bang Jek? Madan kemana?" Anandita bertanya.
"Aaa...baru juga beberapa hari tidak bertemu, sudah mencari dia saja, kamu kangen dia ya?" goda Jek.
"Sembarangan...!!" seru gadis itu tersipu malu.
"Madan tadi menghubungiku, dia menyuruhku mengambil uang di brangkas" terang Jek.
"Untuk apa?" tanya Anandita penasaran.
"Untuk biaya rumah sakit" balas Jek.
"Memang siapa yang sakit?" tanya Anandita khawatir kalau yang sakit adalah Madan.
"Aku juga tidak tahu, kau tunggulah sebentar, aku ambil uang dulu dan kita bersama-sama ke rumah sakit nantinya" kata Jek.