MERANTAU

hendri putra
Chapter #32

Episode 32 : Balada Si Madan

Wajah Anandita tampak tak begitu senang mendengar Madan di rendahkan seperti tadi oleh Rizal. Dia mengajak Madan ke dalam ruangannya, baru saja sampai dan belum juga duduk, gadis galak itu sudah mendamprat Madan.

"Kau ini apa-apaan sih?" Tanya gadis itu sambil memperhatikan pakaian yang di pakai oleh Madan.

"Apanya yang apa-apaan?" Madan balik bertanya dengan wajah heran.

"Coba lihat pakaian yang kau kenakan itu? seperti tidak punya pakaian lain saja!" Seru Anandita dengan gemas.

"Memangnya kenapa dengan pakaianku? Ini kan hari Jum'at, ya aku pakai pakaian ini dan kain sarung pergi sholat Jum'at bersama bang Jon dan senior Jek." Balas Madan yang merasa tidak ada yang salah dengan pakaian yang dia kenakan.

"Iya, aku tahu itu. Tapi kenapa kau masih memakai pakaian lusuh dan penuh dengan jahitan tangan di bagian yang sudah robek itu?," Tanya gadis itu semakin kesal.

"Kau tidak dengar apa tadi di Rizal itu begitu meremehkan dan merendahkan mu karena pakaianmu itu!" Sambung Anandita.

"Aku mendengarnya dan itu sudah biasa aku dengar dari mulut dia dan keluarganya. Tapi kalau soal pakaian, aku memakai pakaian yang membuat aku merasa nyaman memakainya, itu saja." Balas Madan.

Gadis itu secara iseng memasukan jari telunjuknya ke bagian pakaian Madan yang sedikit bolong.

Kreeekk.....

Dia menariknya sehingga baju itu robek memanjang.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Madan sedikit merasa marah atas tindakan Anandita.

"Aku merobeknya agar kau tidak lagi memakai pakaian lusuh seperti itu lagi!" jawab gadis itu dengan entengnya.

"Kau! Kaau sungguh keterlaluan!" Seru Madan tak habis pikir.

"Biarin! Biar kau bisa berpakaian lebih bagus lagi dan tak ada lagi orang yang merendahkanmu." Balas Anandita sambil tersenyum.

"Baju ini adalah pemberian ibuku. Sku tahu bagaimana sulitnya ibuku mengumpulkan uang untuk membelikan baju ini untukku dulu. Sebagus dan semahal apa pun baju penggantinya, tidak akan bisa menggantikan keringat ibuku yang berusaha mengumpulkan uang untuk membelikan baju ini untukku!" Terang Madan dengan mata berkaca-kaca.

Anandita tertunduk diam, dia merasa benar-benar bersalah dengan apa yang baru saja dia lakukan terhadap Madan. Dia tidak tahu dan benar-benar tidak tahu perihal baju itu sebelumnya.

Madan menarik nafas panjang, lalu bergegas pergi.

"Selalu seperti itu! Ada masalah selau saja pergi. Tidak mau mendengar permintaan maaf dari orang dulu!" gumam Anandita kesal sambil hentak-hentakan kakinya ke lantai.

*****

Madan berjalan menujua kantornya, namun dia tidak lewat tangga utama ke ruang atas. Dia memilih berjalan lewat luar saja melalui pelataran parkir dan terus ke bagian belakang restoran tersebut. Madan menghentikam langkahnya saat di tempat parkir itu ada seseorang yang memanggilnya.

"Madan? Benar ini Madan?" Tanya lelaki tua itu sambil memperhatikan wajah Madan lekat-lekat.

Lihat selengkapnya