Suatu sore di pinggir jalanan yang berdebu...
"Brengsek! Mana pakai mogok segala ini mobil!" Gerutunya sambil menendang-nendang ban mobilnya.
Mobil itu adalah sebuah mobil pick up berwarna hitam, milik Tongki yang waktu itu di pakai untuk membuang mayat Ucup dan Omat.
Sialnya mobil pick up itu mengalami kendala atau kerusakan tepat di dekat mereka membuang mayat Ucup dan Omat tempo hari.
"Apa ini mungkin kerjaan si Omat dan si Ucup itu bang?" Tanya anak buah Tongki.
"Sialan lu! Mana ada setan bisa bikin rusak mobil? Lagian ini masih sore! Mau ngapain coba mereka kelayapan sore-sore?" Balas Tongki kesal.
"Ya kalik aja bang, karena mobil kita berhenti persis di dekat kita membuang mayat mereka tempo hari," ujar anak buah Tongki lagi.
"Mulut lu ya! Ember banget! Bicara masalah itu di tempat ramai kayak gini! Kenapa lu gak pake TOA masjid saja ngomong kayak tadi biar semua orang tahu dan kita di tangkap sama polisi sekalian!" Seru Tongki kesal.
Tak mau mendengar anak buahnya bicara macam-macam lagi, Tongki segera bergegas memeriksa bagian mesin mobilnya yang rusak agar cepat betul kembali dan mereka bisa segera pergi.
Setelah memeriksa dan meminta uang keamanan di warung dan kedai-kedai di sekitar terminal, Rustam Kabir dan anak buahnya segera kembali ke markas mereka.
Tadinya Rustam Kabir hanya acuh saja saat melewati mobil pick up yang rusak itu. Namun ketika dia teringat sesuatu, dia mengajak anak buahnya untuk segera berbalik dan menghampiri mobil pick up yang rusak.
Mereka hanya berdiri memperhatikan kedua orang itu yang sedang sibuk memperbaiki mobil mereka.
"Kenapa bang?" Tanya Rustam Kabir.
"Sudah jelas rusak, pakai nanya lagi lu!" Jawab Tongki sekenanya dan dia tidak tahu siapa orang yang tadi bertanya.
Mendengar Bos mereka disepelekan sepeti itu, membuat anak buah Rustam Kabir menjadi kesal. Namun Rustam Kabir menahan anak buah nya agar bisa tenang.
"Melihat dari mobilnya, sepertinya gua kenal nih sama yang punya mobil," kata Rustam Kabir lagi.
Tongki menghentikan pekerjaannya dan menoleh kebelakang.
"Emangnya lu kenal gua?" Tanya Tongki.
"Nah kan! Siapa yang gak kenal sama Tongki, jagoan di pelabuhan. Kawan dekatnya si Kalit!" puji Rustam Kabir.
"Lu bisa aja memujinya!" balas Tongki tersipu.
Rustam Kabil merasa jijik juga melihat ada preman bisa tersipu malu di puji sama preman yang lain.
"Menjijikan sekali!" berkata Rustam Kabir dalam hati.
"Begini saja, soal mobil lu yang rusak, biar nanti anggota gua yang mengurusnya. Sekarang sebagai tanda perkenalan, tidak baik kalau kita hanya mengobrol di sini. Mari ke markas gua, ada sedikit jamuan, ayolah!" ajak Rustam Kabir.
Tongki berpikir sejenak, tidak ada salahnya juga untuk ikut sebentar dan minum-minum.
"Baiklah!" jawab Tongki sambil mengikuti Rustam Kabir.