"Kemarin? Apa yang terjadi padaku kemarin?"
Luna menenggelamkan wajahnya dalam pelukan hangat Rubby. Menunggu Rubby memberi jawaban. Yang sebenarnya, juga tak terlalu ingin ia ketahui.
"Kau terus-menerus memukul kepalamu dan berteriak histeris. Hingga akhirnya kau tak sadarkan diri dan terkapar di lantai dengan rambut berantakan." mata Rubby memerah dan berkaca-kaca. Bayangan Luna yang menangis histeris dan berteriak keras kembali berkelebat di pikirannya. "Itu adalah keadaan terburuk, dan sepertinya disebabkan karena kau yang memaksakan diri untuk mendapatkan ingatanmu kembali. Aku tidak pernah melihatmu semenderita itu sebelumnya. Kau tidak ingat?" suara Rubby melemah, terlalu kalut untuk berbicara lebih banyak.
Tak banyak yang dapat dilakukan Luna. Hanya memeluk erat, mengelus pelan punggung Rubby, berharap ibunya itu kembali tenang dan air matanya berhenti menetes.
"Karena itulah, kau jangan terlalu memaksakan dirimu lagi. Keselamatanmu sudah lebih dari cukup. Jangan pernah pergi kemanapun sendirian lagi mulai sekarang." Rubby menenggelamkan wajahnya pada rambut Luna yang tergerai, berantakan setelah bangun dari tempat tidur.
Rubby terbatuk pelan, melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di wajahnya hingga bersih. Matanya memicing menatap Luna. Dahimya berkerut, bola matanya bergerak menyelidik memperhatikan Luna dari ujung kaki hingga kepala.
"Kau butuh mandi. Dan pastikan untuk berendam selama mungkin menggunakan minyak wangi herbal. Mom akan memilihkannya sendiri nanti." Rubby mengibaskan tangannya di depan hidung.
Luna mengerucutkan bibirnya. Berdecak pelan, melipat tangannya ke depan dada dengan tatapan tak suka.
Senyuman jahil menghiasi wajah Rubby. Ketukan pintu pun terdengar menggema memasuki ruangan.
"Biar aku yang buka. Mom lanjutkan saja memasak." ucap Luna, seketika melangkahkan kaki dan menghilang di balik pintu. Bahkan sebelum jawaban Rubby terdengar.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi Luna tiba di pintu utama, ketika Noah muncul sambil tersenyum cerah. Ia baru menyadari, jika lorong rumah itu ternyata cukup panjang.
"Selamat siang Mrs. Rubby! Aku datang untuk mengantarkan kue buatan Mom." jelas Noah sambil menaruh kue yang dibungkus cantik dengan plastik mika dan pita, di atas meja makan.
"Oh, terima kasih Noah. Ah, dia selalu saja merepotkan diri dengan hal seperti ini. Padahal waktu luangnya bisa digunakan untuk hal lain yang lebih berguna." Rubby tertawa cekikikan, membuka bungkusan kue dan mengambil sedikit krimnya dengan ujung jari.
Tawa renyah Noah dan Rubby meledak. Luna hanya terdiam. Perhatiannya mengarah pada hal lain.
Orang bernama Noah, terlalu sempurna untuk dilihat sebagai ukuran manusia. Kulitnya putih bersih. Tubuh tinggi dan tegap. Rambut hitam berantakan yang anehnya justru sangat cocok dengan gayanya. Matanya tajam dihiasi bulu mata lentik. Garis rahang dan tulang pipi yang tegas, dilengkapi hidung mancung serta bibir yang penuh, menambah kesempurnaan wajahnya. Bahkan kaus polos lengan panjang berwarna navy, dengan leher V sederhana yang melekat di tubuhnya tampak sangat stylish. Menempel pas pada tubuhnya yang bugar berotot.