Rena pulang ke rumahnya setelah dari cafe. Terlihat mobil Feri, sudah terparkir digarasi rumah.
Dia masuk ke dalam rumahnya. Sang suami sedang merebahkan tubuhnya disofa panjang berwarna merah yang terletak di ruang tengah.
"Habis darimana kamu?" Tanya Feri.
"Dari Cafe Mas, kan aku sudah izin sama mas tadi. Tumben pulang cepat mas?" Rena bertanya balik, sambil menghempaskan tubuhnya disofa dekat Feri.
"Suka-suka aku, mau pulang cepat kek, mau pulang malam, ngga ada urusannya sama kamu."
"Aku kan istri kamu mas, berhak tahu, aku nanya baik-baik loh mas, kamu malah marah."
Bukannya menjawab pertanyaan Rena tapi Feri malah berbicara lagi.
"Tadi pas dijalan pulang, aku lihat Yoga, sepertinya diam-diam dia suka sama kamu tuh, soalnya waktu kamu duduk dicafe sendirian, dia merhatiin kamu terus dari luar cafe." Ucap Feri.
"Apa kalian mau janjian berdua saja, tanpa teman-teman yang lain?"
"Benar kan kataku, kalian berdua teman tapi mesra?"
"Ngga Mas, aku sendirian kok, ngga ketemuan sama Yoga."
"Jangan bohong kamu Ren, masa iya kamu nongkrong dicafe cuma sendirian."
"Emang aku sendirian mas, tapi tiba-tiba ada Tante Annah datang, nemenin aku."
"Ngaco kamu Ren, siapa lagi Tante Annah. Kamu cuma punya Budeh Sita. Sejak kapan Budeh Sita ganti nama jadi Tante Annah."
"Sudah Ren, ngga usah bohong, sampe ngarang cerita kemana-mana segala, sudah aku mau mandi dulu, capek ribut terus sama kamu, pusing kepala ku." Katanya sambil menggelengkan kepalanya dan meninggalkan Rena.
"Kamu kenapa sih mas, ngga pernah mau percaya sama ucapanku, aku tuh jujur sama kamu mas, nggak seperti kamu yang selalu bohongin aku tentang semua teman wanita kamu!" Kata Rena sambil berteriak, tapi Feri tidak menggubris perkataannya.
Sudah jelas dari awal Feri yang memulai pertengkaran terhadap Rena. Tapi dari ucapannya seolah-olah Renalah yang memulainya.
Rena tidak terlalu mengambil hati ucapan Feri yang seringkali toxic terhadapnya.
Yang ada dipikirannya adalah, ada apa dengan Yoga. Kenapa Yoga mengintipnya dicafe, dan tidak langsung menemuinya. Rena tidak bisa menemukan alasannya.
Tiba-tiba, handphone milik Feri yang terletak diatas meja berbunyi. Tertera nama penelponnya 'Riska'.
Siapa Riska? Tanya Rena dalam hati. Dia baru mendengar nama itu. Rena tidak berani menjawab telepon yang masuk itu. Dia sudah capek jika harus ribut lagi dengan Feri.
Tidak lama ada pesan masuk di handphone Feri. Rena penasaran dan menyentuh layar handphone, dan membaca isi pesannya, "Kita harus bicara, ini tentang anak kita."
Rena terkejut membaca isi pesannya. Tiba-tiba saja Feri sudah selesai dari kamar mandi dan kini sudah berada didekatnya. Mungkin ia hanya bersih-bersih saja.
Lalu ia mengambil handphonenya. Dan membaca isi pesan yang masuk tersebut.