Sudah seminggu Feri dirawat di rumah sakit, untuk menjalani terapi trombolitik, yaitu pemberian obat oleh dokter melalui infus atau kateter, yang berfungsi untuk memecah gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah otak.
Rena harus bolak balik kerumah sakit untuk menjaga Feri, bergantian dengan Ibu mertuanya.
---
Ibu Feri merupakan seorang single parent. Berkat kerja keras dan kegigihannya. Dia mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak dibidang alat tulis kantor (ATK), yang cukup besar di kota Malang.
Dia juga membuka cabang perusahaannya di Jakarta yang dipegang oleh Feri.
Feri merupakan seorang anak tunggal. Ayahnya seorang yang temperamental dan sering melakukan KDRT baik itu kepada ibunya ataupun Feri. Hingga akhirnya sang ayah pergi meninggalkan Feri dan ibunya demi perempuan lain, saat itu Feri berusia 10 tahun.
---
"Mamah jadi pulang ke Malang besok?" Tanya Rena ke ibu mertuanya.
"Jadi Ren, Mamah ngga bisa ninggalin lama-lama usaha Mamah disana." Jawab ibu mertuanya.
"Mamah mohon, jaga Feri, walaupun dia telah menyakiti kamu. Mamah tahu, anak mamah salah dan sering menyakiti kamu."
"Untuk itu Mamah minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu." Lanjut Ibu mertua Rena, dengan air mata yang menetes di pipinya.
"Semua mantan pacar Feri dulu, tidak pernah ada yang kuat dengan tabiat dan perilakunya yang kasar. Hubungan mereka pasti kandas ditengah jalan."
"Hanya kamu, wanita yang cantik, sabar dan baik hati, yang masih bertahan hingga sekarang."
"Mama berterima kasih sama kamu, sudah tulus mencintai dan menerima Feri dengan semua kelakuannya yang buruk."
"Entahlah sepertinya Feri mewarisi perilaku ayahnya. Mamah sebagai orang tua, merasa telah gagal dalam mendidik anak."
Sambil menghela napas panjang seakan ingin mengucapkan sesuatu yang sangat berat.
"Mungkin trauma masa kecil Feri yang sering mengalami kekerasan dari ayahnya lah, yang memicu Feri melakukan kekerasan saat dia dewasa, seperti yang ia lakukan kepada kamu sekarang."
"Waktu Feri kecil, jika dia melakukan sedikit kesalahan saja sudah pasti ayahnya tidak segan-segan untuk memukulnya, entah dengan sapu, sabuk, bahkan menyundut tangannya dengan rokok, jika mamah berusaha melindunginya, sudah pasti mamah juga mendapatkan perlakuan yang sama seperti Feri."
"Mempunyai suami seperti papahnya Feri, seperti mimpi buruk. Hampir tiap malam mamah tidak bisa tidur nyenyak, pasti terjaga takut tiba-tiba dia masuk kamar dan menghajar mamah. Begitu juga dengan Feri yang seringkali mengigau."
Kata ibu mertuanya menceritakan masa kelamnya dengan kedua tangan yang bergetar, seakan mengingat kembali kejadian yang sangat menakutkan yang terjadi kepada dirinya dahulu.
"Hingga suatu hari, mimpi buruk itu akhirnya telah usai. Karena dia telah pergi bersama wanita lain."
"Mamah sangat bahagia dengan kepergiannya, walaupun pernikahan mamah harus kandas, mamah tidak perduli, yang penting adalah keselamatan kami berdua."
"Beberapa tahun berlalu, hingga kami mendengar kabar bahwa dia telah meninggal dunia, dari saudaranya yang datang menemui mamah."
"Sekali lagi Mamah mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk semua perlakuan kasar Feri ke kamu. Dia anak Mamah satu-satunya. Mamah mohon, tolong jangan laporkan Feri ke polisi."
Kali ini ibu mertua Rena setengah berjongkok, dengan posisi kedua tangan yang memohon kepada Rena dengan airmata yang tidak terbendung.