Sore ini Rena sudah janji ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya di cafe tempat biasa mereka nongkrong. Dia meminta tolong Budeh Sita untuk menjaga suaminya dirumah.
Rena ingin meminta bantuan mereka agar mencarikan seorang perawat untuk menjaga dan merawat Feri, suaminya.
Seperti biasa Rena tiba lebih dulu di cafe, dia berharap bisa bertemu dengan Reihan untuk mengucapkan terimakasih karena telah membantunya.
Dia takut jika sedang bersama sahabatnya, Reihan akan segan menghampiri mejanya.
"Sore Mbak Rena, mau pesan sekarang atau nunggu teman-teman Mbak yang lain datang?" Tanya pelayan cafe dengan ramah.
Rena merasa Reihan akan datang menemuinya, dia berinisiatif memesankan minuman untuk Reihan. "Emm ... Soft drink nya boleh deh mas, sama kentang goreng bumbu yang biasa ya. Terimakasih mas."
"Siap Mbak Rena. Ditunggu ya." Jawab pelayan cafe tersenyum, seakan tahu menu kesukaan Rena sambil berlalu.
Dugaan Rena benar, tidak lama setelah pelayan mengantarkan pesanannya, sosok yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang juga.
Tapi kali ini Reihan tidak datang sendirian. Dia datang bersama dengan seorang dara cantik. Sepertinya dia adalah kakak perempuannya yang pernah di ceritakan waktu pertama kali mereka bertemu.
Mereka berjalan beriringan menghampiri meja Rena. Renapun mempersilahkan mereka duduk.
"Ini kak Sava, kakak saya, Ka." Kata Reihan tanpa basa basi, masih dengan wajah datarnya, sama seperti pertama kali mereka bertemu.
Sava tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya. Rena memperhatikan wajah Sava dalam-dalam.
Wajah Sava seperti tidak asing baginya. Rena mengeryitkan dahinya mengingat sesuatu. Daya ingat dan kenangan bergelut dalam pikirannya.
Sepertinya Rena pernah melihat wajah Sava, tapi dimana? Rambut panjangnya yang berwarna coklat terang, dengan tinggi badan kurus semampai, tapi masih terlihat ideal.
Kalau dilihat-lihat sekilas, mirip Rena sewaktu awal masuk kuliah. Dia juga mewarnai rambutnya dengan warna rambut yang sama seperti Sava, mengikuti trend anak SMA (Sekolah Menengah Atas) kala itu. Tapi Sava terlihat sedikit kalem dan pendiam, tidak seperti dirinya dulu tomboy dan selalu ikut kegiatan apapun disekolahnya. Mungkin ini yang namanya serupa tapi tak sama.
Rena pun bertanya kepada Sava. "Kamu masih sekolah?"
"Sudah tidak kak." Jawabnya dengan suara yang lirih dan singkat.
Rena pun bertanya lagi. "Lalu, sekarang kegiatan kamu apa?"
"Hanya dirumah saja kak." Sahutnya singkat.
Tiba-tiba saja Rena punya ide untuk menawarkannya bekerja merawat suaminya yang sakit dirumah.
"Kamu mau kerja dirumah kakak, merawat suami kakak yang sedang sakit dek?" Tanya Rena lagi.
"Mau Kak." Lagi-lagi Sava hanya menjawab dengan singkat.
"Nanti kakak ajarkan. Kakak juga akan melebihkan bayarannya, karena adik kamu pernah bantu kakak juga." Jawab Rena sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah kanan matanya ke arah Reihan.
"Besok pagi kamu bisa mulai bekerja, nanti kakak tunggu didepan cafe ini yah. Reihan kalau mau ikut juga ngga papa." Lanjut Rena, dibalas anggukan Reihan.