Yoga yang sedang jalan pagi, tidak sengaja memergoki Rena berdiri tepat didepan cafe yang masih tutup.
Dia sempat ingin tahu seperti apa wajah Sava, gadis yang diceritakan oleh Rena yang akan bekerja dirumahnya.
Dia pun menunggu, memperhatikan Rena dari jauh, berharap Sava segera datang dan menemui Rena.
Terlihat Rena mengenakan headset ditelinganya. Sepertinya dia mendengarkan musik. Mungkin agar dia tidak jenuh menunggu. Sambil menggerakkan bibirnya dan sesekali menganggukkan kepalanya, seakan mengikuti irama lagu yang didengarnya.
Tapi Yoga mengurungkan niatnya, dia merasa tidak enak jika terlalu ikut campur urusan wanita yang bukan siapa-siapanya, walaupun mereka bersahabat. Yoga pun berlalu, meninggalkan Rena yang masih berdiri didepan cafe.
Tidak lama setelah Yoga pergi. Rena beranjak pulang kerumahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari cafe. Tapi belum sampai dirumahnya, dia berpapasan dengan Nancy sahabatnya.
"Hai Ren, mau kemana?" Tanya Nancy.
"Eh Nancy, aku lagi sama Sava mau kerumah nih, maaf ya aku buru-buru, takut kenapa-kenapa sama mas Feri, ngga ada yang jagain dia."
Rena pun berlalu meninggalkan Nancy yang masih bingung dengan ucapan Rena. Tapi ia mengabaikannya, karena melihat headset yang terpasang ditelinga Rena. Dia pikir Rena sedang berbicara dengan seseorang.
---
"Mas, coba tebak aku sama siapa?" Tanya Rena meledek sambil tersenyum ke Feri.
"Perkenalkan mas ini Sava. Nanti Sava yang akan merawat kamu, selama aku keluar rumah. Aku juga akan memantau tugas Sava nantinya." Lanjutnya sambil tersenyum.
Rena memperkenalkan Sava ke suaminya, yang sedang telentang diatas tempat tidurnya.
Feri terlihat seperti orang bingung, tapi ia hanya bisa terdiam, tidak bisa berbuat apa-apa seakan ingin berbicara dan menggerakkan tubuhnya, tapi dia tidak bisa.
Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, itupun hanya bergerak sedikit saja, walaupun sudah berusaha dengan susah payah.
Namun terlihat jelas raut wajahnya yang sangat ketakutan saat itu. Selama ini dia tidak pernah merasa takut dengan siapapun, dan dalam hal apapun.
Tapi kenapa sekarang, setelah Rena mengenalkan Sava kepadanya, dia merasakan ketakutan yang sangat luar biasa, yang mungkin belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.
Dia sangat sulit untuk mencoba berbicara, walaupun sepertinya dia sudah mencoba dengan sekuat tenaganya, hanya erangan-erangan kecil yang terdengar, dan kedua alisnya yang bergerak-gerak.
Penyakit Feri belum mengalami kemajuan malah bertambah parah, walaupun sudah ditangani oleh para dokter hebat.
Menurut diagnosa dokter, walaupun hanya sebagian tubuhnya yang mengalami kelumpuhan, tapi sebagian tubuh lainnya yang masih berfungsi juga tetap tidak bisa digerakkan. Kemungkinan itu terjadi karena dulu Feri yang sering mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
---
Dikutip dari beberapa sumber mengatakan bahwa :
Akohol dalam jumlah sedang bisa melindungi tubuh dari stroke. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan, ini justru memicu seseorang mengalami stroke.
Sebenarnya penyakit-penyakit yang membahayakan dan mengancam nyawa ini adalah dampak dari kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat.
Malas berolahraga, tidak menjaga asupan gizi dalam tubuh, pola makan yang tidak sehat, bergadang, dan terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak dan minuman bersoda menjadi penyebab utama tubuh rentan alami penyakit.
Salah satunya adalah stroke. Penyakit ini muncul karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang sayangnya masih dipertahankan hingga sekarang.
---
"Mas kamu kenapa takut? Jangan takut, Sava gadis yang baik kok, aku juga kenal dengan adiknya, Reihan namanya." Rena menjelaskan kepada Feri, yang dibalas senyuman Sava.
Feri masih ketakutan, tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa. Tubuhnya seperti ingin meronta, walaupun dengan sekuat tenaganya, tetap dia tidak bisa bergerak, hanya gerakan-gerakan kecil dan mulutnya yang masih mengerang.
"Selama aku pergi, nanti Sava yang akan menjaga kamu ya mas. Aku akan mengajarkan dia bagaimana caranya merawat kamu." Lanjut Rena.
Tidak lama terdengar dering suara telepon, yang terletak diruang tamu tepat didepan kamar mereka.
Rena pun berlari kecil keluar kamar meninggalkan Feri dan Sava. Feri yang masih terlihat ketakutan saat itu tidak dapat berbuat apa-apa.