"Rena mau cari angin segar dulu ya Teh, ditaman depan komplek sebentar. Tapi kalau teteh sudah selesai, tinggal aja rumah ngga papa, ada Sava yang jaga mas Feri. Yang penting pagar tolong digembok. Rena bawa duplikat kuncinya." Rena pamit sambil menunjukkan kunci pagar yang dipegangnya.
Teh Inah pun mengangguk sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Isi kepalanya, penuh dengan pertanyaan, siapa Sava? Kenapa Rena selalu menyebut Sava.
Setelah Rena keluar rumah. Teh Inah pun kembali kedapur, melanjutkan pekerjaan rumah.
Tapi perasaannya ada yang mengganjal. Sebelum menuju kedapur, Teh Inah belok ke kamar Rena yang pintunya sedikit terbuka, dilihatnya Feri sedang tidur diatas kasurnya.
Teh Inah hanya ingin memastikan apa ada orang didalam kamar selain Feri. Teh Inah pun naik kelantai dua, dia memeriksa semua kamar dan ruangan, hingga kelantai tiga, tempat biasa ia mencuci dan menjemur pakaian, tapi tidak ada siapa-siapa.
Dengan rasa penasaran, sekali lagi dia mendekati kamar Rena. Dari depan pintu kamar, kedua matanya menyapu semua isi ruangan, tapi tidak ada orang didalam kamar selain Feri.
Dari awal Feri pulang kerumahpun, Teh Inah hanya melihat Rena yang selalu merawat dan menjaga suaminya, terkadang Budeh Sita ikut membantu tidak ada orang lain selain mereka berdua.
---
Rena sudah tiba ditaman dan duduk sebuah bangku panjang yang terbuat dari besi berwarna hitam.
Rena duduk dengan menyandarkan bahunya dibangku taman. Dia menghela napas panjang, terlihat tubuhnya sangat lelah. Matanya memandang hamparan bunga-bunga ditaman. Seakan merasakan kesejukan suasana ditaman pagi itu.
"Hai, Rena sayang, apa kabar?"
Tiba-tiba ada seseorang yang tidak asing baginya, menyapa dengan suara yang lembut.
"Boleh Tante temenin kamu?"
Dialah Tante Annah. Rena menoleh ke sumber suara yang tidak asing baginya, memanggil dari arah belakang tempat ia duduk.
"Tante kemana saja?" Tanya Rena dengan mata berbinar.
"Kenapa, kamu kangen ya sama Tante?"
Dibalas dengan anggukan manja Rena.
"Kamu yang kemana saja? Kenapa tidak pernah nongkrong lagi dicafe? Dari kemarin Tante lihat, hanya teman-teman kamu."
"Kan sudah ada Sava yang bantu kamu merawat Feri." Lanjut Tante Annah menaikkan sebelah alis matanya.
"Iya sudah ada Sava, tapi kan Tan, Rena harus nyiapin semua obat yang harus diminum mas Feri."
"Kamu bilang sudah ada Sava, Ren, tapi kenapa kamu masih sibuk mengurus suami kamu?" Tanya Tante Annah lagi, seakan-akan mendesak dan ingin tahu apa jawaban Rena.
Rena seperti orang yang kebingungan. Dia mengeryitkan dahinya, seperti memikirkan sesuatu. Tapi dia tidak tahu apa itu.
"Kamu pasti sekarang sedang bingung kan Ren?" Tebak Tante Annah sambil tersenyum.
"Kemarin, ada Reihan dan Adrina alias Rina kan yang datang kerumah kamu?"
Rena mengangguk, masih dengan wajah yang bingung.
"Sava gimana kerjanya, bagus?" Tante Annah bertanya lagi.
Rena hanya mengangguk pelan, dengan memandangi wajah Tante Annah.
"Ren. Tante Annah tahu kapan kamu bertemu dengan Sava, Reihan, Rina, Tante sendiri, ataupun teman-teman kamu."
"Asal kamu tahu Ren. Mereka dan Tante, adalah kamu. Kita adalah satu. Kamu, Adrina, Sava dan Tante, kecuali Reihan."