Mereka adalah Aku

Sunarti
Chapter #13

Masa Kecil Rena

Sore itu Yoga datang kerumah Budeh Sita ingin mengetahui keadaan Rena, dan rasa keingintahuannya akan masa lalu yang dialami oleh Rena, setelah dia dan teman-temannya melihat rekaman cctv cafe.

Awal pembicaraan Yoga hanya ingin mengobrol santai saja dengan Budeh Sita, dan ingin mengetahui latar belakang kehidupan Rena saat masih kecil. Tanpa memberitahu masalah rekaman cctv, karena dia tidak mau terjadi sesuatu dengan Budeh Sita.

"Ayo diminum dulu teh manisnya nak Yoga." Kata Budeh.

"Atau Budeh buatkan kopi juga?" Lanjutnya.

"Ngga usah repot-repot Budeh, ini sudah cukup kok, maaf kalau harus merepotkan Budeh." Jawab Yoga dengan santun.

"Budeh yang merepotkan kamu, pakai bawa martabak segala. Lain kali, kalau mau main kesini datang saja, nggak usah bawa apa-apa ya." Kata Budeh sambil melirik martabak pemberian Yoga diatas meja.

"Ngga merepotkan kok Budeh, buat iseng saja. Hehehe."jawab Yoga sambil tersenyum.

"Begini Budeh, tujuan saya kerumah Budeh hanya mau menengok keadaan Budeh saja." Yoga memulai obrolannya.

"Maaf kalau saya sudah mengganggu waktu istirahat Budeh."

"Nggak apa-apa nak Yoga. Budeh nggak pernah tidur sore-sore kok, apalagi semenjak Rena menikah dan tinggal dirumah suaminya. Tiap malam Budeh selalu kangen dan kepikiran sama Rena. Nak Yoga tahu sendiri, Rena sudah seperti anak kandung Budeh. Disisa umur Budeh sekarang, Budeh hanya punya Rena."

"Budeh senang sekali kalau ada teman Rena yang main kesini walaupun sebentar, rumah Budeh jadi nggak sepi."

"Oh iya, Budeh jadi lupa tujuan nak Yoga datang kemari, dari tadi Budeh malah curhat nggak jelas gini. Ada apa yah nak Yoga?" Tanya Budeh sambil tersenyum.

"Nggak ada apa-apa kok Budeh, sebenernya cuma mau nanya keadaan Rena saja, sekalian main dan nengokin Budeh. Kalau Budeh ada perlu atau mau minta tolong apapun itu, ngomong saja ke saya. Anggap saja saya keponakan Budeh juga kan saya temannya Rena." Jawab Yoga dengan santun.

"Kenapa tidak langsung kerumah Rena? Bukannya nak Yoga tidak boleh kesini loh sama Budeh. Budeh senang sekali kalau ada tamu." Ucap Budeh sedikit bercanda.

"Saya tidak enak kalau harus kesana Budeh, dengan keadaan suaminya sekarang. Takut ada salah paham nantinya." Sahut Yoga dengan santun.

"Oh seperti itu, nak Yoga memang laki-laki baik, Budeh suka sama anak muda yang seperti kamu."

"Sukurlah, kata dokter, Rena tidak apa-apa. Hanya asam lambungnya kambuh dan kurang istirahat saja."

"Budeh sudah minta tolong ke Teh Inah untuk menjaga Rena dan menginap sementara dirumahnya. Tiap pagi juga Budeh selalu kerumahnya, untuk melihat keadaan Rena." Ucap Budeh menjelaskan.

"Kalau Budeh boleh jujur. Budeh lebih setuju kamu menikah dengan Rena dibandingkan Feri. Hati Budeh mungkin bisa lebih tenang kalau Rena sama kamu." Ucap Budeh Sita sambil berharap.

"Coba kalian bertemu sebelum Rena menikah. Mungkin sekarang, kamu yang akan menjadi suami Rena. Kalian sangat cocok, sama-sama baik dan santun sama orang tua."

"Dan sudah pasti Rena tidak akan menderita seperti sekarang. Dia akan hidup bahagia kalau menikah sama kamu." Lanjutnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Semua sudah takdir yang digariskan oleh yang Maha Kuasa, Budeh, kita sebagai manusia hanya menjalaninya saja." Ucap Yoga dengan bijak.

"Asal nak Yoga tahu. Tidak semua orang bisa kuat kalau diposisi Rena sekarang. Rena itu dari kecil hidupnya sudah menderita."

"Mungkin dia tidak pernah cerita masalah pribadinya ke kalian, karena Rena memang anaknya seperti itu, dia pendiam, tapi hatinya sangat lembut."

"Sebenarnya Rena terlahir dengan nama Adriana, yaitu gabungan dari nama ayah dan ibunya. Adrian dan Diana."

"Entah mengapa setelah bercerai, ayah Rena mengganti namanya menjadi Rena Savannah. Mungkin dia masih sakit hati kalau harus mengingat mantan istrinya."

"Kehidupan Rena kecil yang terlahir sebagai anak tunggal, tidaklah bahagia seperti yang orang bayangkan. Ia harus menerima kenyataan pahit, karena orangtuanya bercerai."

Lihat selengkapnya