Hari ini Yoga berinisiatif kerumah sakit pagi-pagi untuk menjaga Rena. Dia takut Budeh Sita tidak enak kalau harus bicara langsung padanya.
"Budeh istirahat saja hari ini. Yoga yang akan menjaga Rena."
"Baiklah Nak Yoga. Budeh akan pulang untuk istirahat, sekalian ambil barang yang dibutuhkan Rena. Kalau ada apa-apa telepon saja kerumah Rena. Terimakasih sebelumnya nak Yoga. Budeh pamit dulu ya."
Budeh memberikan Yoga tas besar yang berisi dokumen yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Rena nantinya.
Sebelum Budeh Sita pulang, mereka menemui perawat yang sedang berada diruang jaga, untuk menginformasikan kalau yang menggantikan Budeh Sita adalah Yoga.
Setelah beberapa jam Yoga berada dirumah sakit. Tiba-tiba ada seorang perawat yang menghampirinya.
"Maaf, dengan mas Yoga?"
"Iya mba, ada apa yah?" Tanya Yoga.
"Maaf, bisa saya lihat KTP atas nama pasien Rena? Untuk pengecekan data kami, pak." Ucap perawat sambil tersenyum.
"Sebentar mba, saya ambil dulu." Sahut Yoga.
Dengan cepat tangannya merogoh tas yang diberikan Budeh Sita. Sambil tangannya mencari-cari. Setelah menemukan KTP Rena. Ia pun memberikannya kepada perawat.
"Atas nama Rena Savannah ya mas." Tanya perawat mengonfirmasikan ke Yoga.
"Sebentar Mba. Saya cek lagi ." Yoga melihat kembali KTP Rena.
"Ya betul Mba. Ini KTP atas nama pasien Rena Savannah." Sahut Yoga membenarkan. Setelah perawat selesai mengecek, dikembalikannya ke Yoga.
"Terimakasih Mas, saya permisi." Ucap perawat dan berlalu meninggalkan Yoga.
"Sama-sama Mba." Balas Yoga dengan tersenyum.
KTP Rena masih berada ditangan Yoga. Baru kali ini dia melihat KTP Rena. KTP electric dengan ukuran 8,56cm x 5,398cm.
Dia perhatikan dalam-dalam, foto wajah Rena yang tertera di KTP, tanpa disadari, ia tersenyum malu. Bisa dilihat seberapa dalam rasa cinta Yoga kepada Rena, walau hanya dengan melihat wajahnya dalam KTP saja dia sudah sangat senang, bagaimana bila bertatap muka secara langsung. Yah begitulah cinta.
Ia jadi teringat akan kata-katanya Chu Pat Kay, "Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir, walau deritanya hilang, ingatan hal yang menyakitkan dan mengerikan tidak akan pernah hilang".
Tapi mungkin bedanya, kalau Yoga bukan ditinggal oleh kekasihnya, melainkan orang yang dia cintai tidak membalas cintanya. Seperti kata pepatah, cinta bertepuk sebelah tangan.
Yoga menepuk jidatnya, kenapa pikirannya melantur kemana-mana seperti ini.
Dalam kasus ini, bisa dibilang Yoga jatuh cinta sendirian. Tapi dia tidak masalah, walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan, yang penting saat ini dia ikhlas dan senang bisa membantu Rena walaupun hanya sebagai seorang sahabat.
Yoga menolong Rena dan Budeh Sita saat ini, tanpa pamrih. Yoga sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Tanpa meminta balasan apapun.
Dia hanya tidak tega, jika melihat orang lain kesusahan dan membutuhkan bantuan walaupun hanya tenaga. Karena saat ini, hanya itu yang ia bisa berikan, selain cintanya yang seluas samudera kepada Rena.
Apalagi ayah dan suaminya sudah meninggal dunia. Saat ini tidak ada sosok laki-laki yang menemani dan menjaganya.
Ternyata nama panjangnya Rena Savannah, ucap Yoga dalam hati yang masih memegang KTP milik Rena. Yoga seperti mengingat sesuatu.
Sepertinya yang di maksud oleh Rena, Sava dan Tante Annah mungkin adalah gabungan nama belakangnya sendiri, yaitu Savannah. Yoga mengernyitkan dahinya.
Lalu siapa yang dimaksud Rena dengan Reihan? Apakah adiknya yang telah meninggal dunia, yang tercebur ke dalam sumur? Seperti yang pernah diceritakan oleh Budeh Sita.
Budeh Sita pernah cerita kepada Yoga, kalau Rena mempunyai seorang adik laki-laki dari ibu sambungnya. Tapi ketika Budeh Sita menanyakan hal tersebut ke Rena. Budeh Sita bilang Rena tidak tahu, berarti memori kenangan Rena akan adiknya telah hilang.