Malam itu dikamar Yoga. Dia termenung sendiri, menatap langit-langit kamarnya. Suasana terasa sangat hening, tidak jauh berbeda seperti suasana hatinya kala itu.
Hatinya sangat gelisah tak menentu kala memikirkan Rena. Dia sangat penasaran, dengan apa yang sedang Rena alami.
Dia tak tahu harus berbuat apa, untuk dapat membantunya keluar dari semua masalah yang membelenggu wanita yang dicintainya itu.
Dia terlalu bersahabat dengan luka, hingga lupa rasanya bahagia.
Yoga merasa ia hanyalah penikmat senyuman Rena saja selama ini, bukan pemilik apalagi penyebab.
Sampai detik ini, Rena masih menjadi alasan, kenapa hatinya belum mau menerima siapapun.
Mungkin memang Yoga harus mengerti, bila dia bukan yang ingin Rena miliki. Tapi salahkan Yoga, bila Renalah yang selalu ada dihatinya.
Yoga pernah berjuang untuk sebuah senyuman, hingga akhirnya tinggal kenangan. Pernah menjadi bayangan, lalu hilang terbawa angan.
Kenyataan memang tak selalu beriringan dengan harapannya, tapi bukan berarti dia harus dilanda keputusasaan.
Merasakan cinta sepihak seperti yang dialaminya saat ini, sama halnya dengan berada sendirian didalam penjara.
Kadang kebahagiaan diungkapkan dengan airmata, dan airmata harus bersembunyi dibalik senyuman.
Yoga mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Rena.
---
Kala itu.
Yoga dan ketiga temannya, Santi, Nancy dan Marlina, janji untuk hang out di cafe yang yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Mereka sangat suka dengan cafe itu bukan tanpa alasan.
Pertama, selain tempatnya bersih , lokasi cafe itu sendiri strategis, jaraknya dekat dengan tempat tinggal mereka.
Kedua, pelayanannya yang ramah dan cepat, sudah pasti soal rasa dari makanan dicafe itu tidak usah diragukan lagi, enak dan sesuai dengan selera mereka.
ketiga, harganya relatif murah, sesuai isi kantong mereka saat itu.
Setelah selesai dengan rutinitas masing-masing. Yoga dan Santi yang sudah pulang setelah bekerja dari pagi hingga sore hari. Sedangkan Nancy dan Marlina sudah selesai dengan mata kuliah mereka hari itu.
Biasanya salah satu dari mereka ada yang sudah tiba lebih dulu dicafe untuk pesan satu meja, sambil menunggu teman yang lain datang. Tapi waktu itu tidak seperti biasanya, mereka semua tiba dicafe secara bersamaan.
Merekapun berharap masih ada satu meja yang kosong. Mata mereka menyapu ruangan dalam cafe, tapi tidak menemukan satu meja pun yang masih kosong. Karena sore itu cafe sedang ramai oleh pengunjung.
Setelah beberapa menit, mereka melihat ada satu meja yang hanya ditempati oleh seorang wanita, terlihat juga masih ada beberapa kursi yang kosong disampingnya.
Merekapun menghampiri meja wanita tersebut.
"Permisi ka, maaf ganggu, kursinya kosong ka?" Tanya Yoga dengan sopan, sambil menatap mata wanita yang sedang sibuk dengan komputer jinjingnya saat itu.
Wanita itupun menghentikan aktivitasnya. Berbalik memandangi Yoga dengan tatapannya sedikit sayu. Mata mereka beradu, disaat itu pula hati Yoga berdegup sangat kencang, karena melihat kecantikan wajahnya.
"Ya mas, kosong kursinya, saya sendirian."