Pagi ini Rena ada jadwal untuk menjalani terapi dengan Dokter Brata.
Setelah Dokter Brata mendapatkan beberapa informasi yang sangat mendukung dari Budeh Sita, dan teman-teman Rena, terutama Yoga. Dokter Brata pun yakin terapinya kali ini akan berjalan lancar.
Rena akan menemui Reihan untuk yang terakhir kalinya dengan dibantu oleh Dokter Brata.
"Kamu sudah siap Ren?" Tanya Dokter Brata dengan tersenyum.
"Mari kita temui Reihan dan ajak dia berbicara, tanya apa maunya, dan peluk Reihan dengan hangat. Setelah itu biarkan dia pergi dengan damai."
"Kamu jangan takut Rena, Dokter Brata akan selalu ada disisi kamu. Dokter tidak akan meninggalkan kamu, sebelum kamu menyelesaikan semuanya. Ok?" Janjinya kepada Rena.
Rena hanya mengangguk mendengar ucapan Dokter Brata, walaupun terlihat wajahnya sedikit tegang.
---
"Kak ..." Tiba-tiba Reihan sudah berdiri tepat berada disampingnya.
"Reihan ...kamu apa kabar? Kaka kangen sekali sama kamu Reihan." Terlihat Rena menangis karena sangat merindukan kehadiran Reihan.
Dokter Brata, menghapus airmata yang menetes diwajah Rena dengan sebuah sapu tangan yang lembut.
"Ajak Reihan berbicara Ren, dan tanya apa keinginanya. Setelah itu kamu peluk dia dengan hangat dan ikhlaskan kepergiannya." Ucap Dokter Brata, seakan melihat apa yang Rena alami saat ini.
"Reihan apa kabar?" Tanya Rena.
"Kabar saya baik. Kaka gimana kabarnya?" Ucap Reihan.
"Akhir-akhir ini keadaan Kaka sudah baikan. Kaka kangen sama Reihan." Sahut Rena.
"Kaka sayang sama Reihan. Reihan sayang sama Kaka?"tanya Rena yang dibalas anggukan lembut sambil tersenyum manja.
"Kaka mau minta maaf sama Reihan, karena Kaka selama ini Kaka sudah melupakan Reihan. Kaka lupa kalau mempunyai adik yang lucu dan baik seperti Reihan."
"Tapi kaka mohon sama Reihan, tolong jangan datang menemui kaka lagi. Kaka akan selalu doakan Reihan."
"Reihan akan selalu ada dihati Kaka. Dan kaka janji tidak akan melupakan Reihan sampai kapanpun."