Sore itu Yoga dan teman-temannya sepakat akan membesuk Rena dirumahnya. Mereka ingin tahu bagaimana keadaan Rena.
"Ren, gimana kabar kamu sekarang? Kangen nih udah lama ngga nongkrong sama kamu lagi dicafe." Kata Santi mengawali pembicaraan, sambil memeluk Rena, diikuti dengan Nancy dan Marlina.
"Sebelumnya aku mau ngucapin terimakasih, kalian sudah mau datang besuk aku, maaf banget kalo merepotkan ya." Kata Rena dengan sopan.
"Yaelah Ren, kaya sama siapa aja, kita kangen tau Ren sama kamu." Celetuk Marlina.
"Disamping aku apalagi nih." Canda Nancy ke Rena, sambil menunjuk Yoga.
Rena hanya tersenyum manis, dengan wajah sedikit pucat.
"Jangan didengerin Ren, biasa Nancy suka ngeledek." Sahut Yoga membela diri.
"Oh iya, Budeh Sita masih menginap disini kan, temenin kamu?" Lanjutnya.
"Iya Ga, Budeh bantu aku rawat mas Feri."
"Sukurlah Ren, jadi kamu bisa istirahat." Kata Yoga sambil tersenyum.
"Memang kata dokter kamu sakit apa Ren?" Tanya Marlina.
"Biasa, kecapean, suka pusing mungkin akibat asam lambung aku lagi kumat."
"Oh iya, suami kamu gimana keadaannya? Sudah ada kemajuan?" Tanya Santi.
Rena menggelengkan kepalanya.
"Yang sabar ya Ren." Kata Nancy menguatkan.
"Kalau kamu butuh apa-apa, kita siap bantu kok." Lanjutnya.
"Oh iya, Sava mana Ren?" Kata Santi, mengawali rasa penasaran mereka atas reaksi Rena.
"Iya nih, dari kemarin aku sakit, Sava tidak pernah datang lagi, mungkin karena dia harus jagain adiknya." Sahut Rena dengan polosnya.
"Memangnya adiknya kenapa Ren, siapa namanya Reihan ya?" Tanya Santi yang terlihat serius.
"Iya Reihan, seperti yang pernah aku ceritain dulu loh."
Santi hanya menganggukkan kepalanya.
Teman-temannya sudah mengetahui apa yang telah terjadi dengan dirinya. Tapi mereka juga masih bingung apa yang sedang dialami oleh Rena.