"Adrinaaa .... kesini nak." Teriak ayah ingin memeluk Rena, sambil merentangkan kedua tangannya.
"Sama ibu saja nak kesini." Teriak ibunya dari arah yang berlawanan ingin memeluk Rena juga sama seperti ayahnya.
Saat itu Rena yang berusia 5 tahun, dengan kakinya yang mungil berlari ditengah rerumputan hijau nan luas. Dia terlihat sangat bahagia, berlari-lari kecil. Ia bingung ingin berlari ke arah mana, ayah atau ibunya. Kedua orangtuanya memanggilnya dengan wajah berseri berharap sang anak akan memilih untuk memeluk salah satu diantara mereka. Keluarga kecil yang sangat manis dan bahagia. Dan itulah satu-satunya kenangan manis yang Rena punya dalam hidupnya, yang kini telah hilang.
---
"Lebih baik kita pisah Diana! Kau lebih memilih dia yang orang lain dibandingkan darah dagingmu sendiri. Adrina akan aku bawa, silahkan kamu menikah dengannya." Teriak ayah Rena kepada ibunya.
Kala itu, Rena tidak sengaja mendengar pertengkaran kedua orangtuanya didalam kamar.
Mereka pikir Rena tidak akan mendengarnya, tapi ternyata mereka salah. Rena mendengar jelas pertengkaran kedua orangtuanya, tanpa tahu apa yang sedang diributkan.
Walaupun usianya saat itu sudah 7 tahun, tapi dia belum dapat mencerna apa yang dikatakan oleh orang dewasa. Yang ia tahu, hanya ayahnya yang bertengkar dengan ibunya, tanpa tahu permasalahannya, itu saja.
---
Tidak berselang lama setelah pertengkaran hebat kedua orangtuanya. Kini Rena sudah berada dikota lain jauh dari tempat tinggal ibunya, bersama ayahnya yang sudah menikah lagi.
Ayah Rena bekerja diluar kota. Dia pulang kerumah setiap hari Sabtu dan Minggu untuk melepas rindu dengan putri kesayangannya. Hari Seninnya dia akan kembali bekerja diluar kota. Begitu seterusnya.
Selama ayahnya bekerja, Rena seringkali mendapatkan perlakuan kasar dari ibu sambungnya, yang iri melihat sang ayah sangat menyayangi dirinya.
Tak jarang, semua pekerjaan rumah dari yang ringan hingga yang berat sekalipun akan diserahkan ke Rena, yang masih kecil.
Hingga akhirnya ibu sambungnya hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Reihan.
Rena sangat menyayangi adiknya. Mereka sering bermain bersama. Reihan sangat menyukai mainan perahu kertas yang dibuat oleh Rena.
Rena membuat perahu kertas mainan dari koran bekas yang selalu dibawa ayahnya ketika pulang bekerja.
Hingga suatu hari, ketika Rena sedang asik bermain perahu kertas bersama Reihan diteras depan rumah.
Ibu sambungnya yang berada didapur, memanggil Rena dan menyuruhnya ke warung untuk membeli beras. Rena pun pergi kewarung dan meninggalkan Reihan sendirian yang sedang asik bermain.
Tiba-tiba datang anak tetangga sebelah, yang seusia dengan Reihan.
Anak itu mengajak Reihan bermain disumur belakang rumahnya. Karena melihat Reihan sedang memegang mainan perahu kertas, mereka bermaksud untuk melempar perahu kertas itu kedalam sumur.