"Kami mohon maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi nyawa pasien tidak tertolong. Sekali lagi kami mohon maaf." Ucap dokter yang menangani Feri, sambil menghela napasnya.
"Awal masuk rumah sakit Pasien mengalami stroke berat. Walaupun sudah dalam perawatan yang intensif dan telah dipasangi alat bantu hidup. Ahli bedah otak telah memasang selang untuk mengurangi tekanan di otaknya. Kami sangat berharap pasien segera tertolong dan bisa melewati masa kritisnya. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain."
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu Bu."lanjutnya sambil berlalu meninggalkan ruang ICU.
Perawat merapikan tempat tidur dan melepaskan tabung atau kateter yang terpasang, kemudian memandikan dan merapikan jenazah, setelah mendapat persetujuan dari keluarga pasien.
Ibu Feri terlihat meneteskan airmatanya, lalu dengan cepat dia menghapusnya. Sambil sesekali menghela napasnya. Sepertinya dia sudah mengikhlaskan dan menerima kepergian anaknya.
Sebagai seorang ibu, dia terlihat sangat tegar dengan kematian putra kesayangan sekaligus putra semata wayangnya.
Bukannya dia tidak bersedih dengan kepergian sang anak. Mungkin dia telah terbiasa menjalani hidup dengan sabar dan ikhlas. Setiap orang berbeda-beda cara dalam menyikapi masalah yang dihadapi.
Begitu juga dengan ibunya Feri, mungkin karena hatinya sudah terbiasa dengan rasa kecewa dan sakit hati yang telah dilakukan oleh mantan suaminya, jadi dia bisa dengan mudah menerima apapun itu tentang hal yang sangat menyakitkan, kehilangan dan rasa kecewa dalam hidupnya. Dia adalah sosok wanita yang sangat tegar.
---
"Ka, suami Kaka sudah tidak ada. Dia sudah dipanggil oleh Tuhan." Ucap Reihan yang tiba-tiba sudah berdiri disamping kasur Rena.
Rena yang sedang terbaring diatas ranjang pasien terdiam menatap Reihan. Tanpa reaksi sedikitpun setelah mendengar perkataan Reihan.
"Ka Feri, suami Kaka, sudah meninggal dunia." Ucap Reihan lagi kepada Rena.
"Siapa Feri?" Tanya Rena.
"Dan siapa kamu sebenarnya? Jawab!" Ucap Rena, dengan sedikit emosi, tanpa mengindahkan ucapan Reihan.
Rena juga seakan tidak mengingat Feri, suaminya.
Semakin dia mencoba untuk mengingat dan memikirkan sesuatu, semakin terasa sakit kepalanya.
"Pergi kamu, aku tidak mau mendengarkan kamu lagi! Kamu itu tidak nyata, kamu juga tidak ada dalam hidupku." Teriak Rena.
"Ka, kalau aku ada. Aku ada dalam pikiran dan fase kehidupan Kaka." Tiba-tiba sudah ada Adriana menghampiri kasur Rena.
"Kamu juga sama seperti Reihan. Kamu tidak ada!" Teriak Rena lagi.
"Ini aku Sava. Aku dan Adriana adalah Kaka. Kenapa Kaka lupa?" Yang ternyata sudah ada Sava juga datang menghampiri kasur Rena.
"Kamu juga sama. Kalian bertiga tidak ada. Dan aku tidak mengenali kalian!" Teriak Rena.
Tiba-tiba Tante Annah datang menghampiri Rena.
"Kalau Reihan dan Tante Annah pasti ada Ren. Dan Tante Annah adalah keinginan kamu dimasa depan."