Sudah seminggu sejak Feri meninggal, Rena dirawat secara intensif di rumah sakit khusus jiwa. Ia harus menjalani serangkaian terapi selama berada dirumah sakit.
Rena dianjurkan oleh dokter yang menanganinya untuk tidak pulang kerumah sementara waktu, sampai dia sehat kembali.
Mengingat rumah adalah tempat kejadian yang membuat depresinya memuncak.
Rena harus menjalani psikoterapi, yaitu salah satu metode terapi untuk mengatasi pasien dengan masalah kejiwaan, seperti depresi, stress berat atau gangguan kecemasan.
---
Psikoterapi juga bisa disebut sebagai terapi bicara, dimana terapis akan mengajak pasiennya untuk membicarakan permasalahan yang dialami.
Sejumlah manfaat psikoterapi itu yaitu membantu pasien mengelola dan menyalurkan emosi, serta membentuk kebiasaan positif dalam menghadapi permasalahan yang dialami.
Psikoterapi biasanya bersifat rahasia, dimana hanya ada pasien dan terapis dalam satu ruangan. Terapis yang bekerja sudah memiliki sertifikasi kompetensi untuk memberikan terapi yang diperlukan kepada pasien.
Selama sesi terapi berlangsung, terapis akan memulai diskusi tentang emosi, pikiran, atau latar belakang kehidupan yang mungkin membuat pasien mengalami gangguan mental.
---
Siang itu, ibu Rena datang kerumah sakit untuk melihat keadaan putrinya yang sedang menjalani psikoterapi.
Rena sedang berada didalam ruangan bersama dengan seorang terapis saat itu. Budeh Sita dan ibu kandungnya sedang berbincang-bincang dibangku taman rumah sakit.
"Mbak yu, sebelumnya saya minta maaf, atas apa yang menimpa Rena. Karena semua ini terjadi sepenuhnya atas kesalahan saya sebagai ibu kandungnya."
"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Karena hidup semua orang sudah diatur dan digariskan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia hanya menjalankan saja. Dan cukup menjadi orang baik."
"Jangan pernah menyalahkan diri sendiri, atas apa yang terjadi kepada orang lain, karena itu sudah menjadi kehendak-Nya."
"Sebenarnya saya juga tersiksa, dengan semua ini. Disatu sisi Rena adalah anak kandung saya, tapi disisi lain, saya juga punya anak kandung yang lain juga." Kata ibu kandung Rena, kali ini berbicara sambil menangis.
"Sudah, hidup itu tidak perlu disesali. Yang harus kita lakukan sekarang adalah menjalani hidup dengan dengan baik. Itu saja." Hibur Budeh Sita.
"Tidak apa-apa kamu urus anak dan suami kamu, toh mereka juga keluarga kamu, keluarga Rena juga. Biar saya dan ibu mertuanya yang akan mengurus Rena. Masih beruntung Rena mempunyai ibu mertua yang sangat baik, dan bertanggungjawab, walaupun dia tidak harus menanggung semuanya."
"Saya juga tidak pernah menyuruh Rena untuk membenci keluarganya, tapi memang kenyataannya dia juga tidak pernah membenci keluarganya. Wong orang yang sudah menyakitinya saja, masih dia cintai. Bagaimana dengan ibu kandung yang sudah melahirkan dia kedunia."
"Rena menjauh dari keluarganya bukan karena memutus persaudaraan, terkadang menjauh dari seseorang, bukan ingin memutus tali silaturahmi. Tapi lebih karena ingin memutus perselisihan, perdebatan, kesalahpahaman, dan rasa ketidaknyamanan karena prasangka buruk yang menimbulkan dengki atau iri."