Mereka Bilang Saya Mandul

Nurina Listya
Chapter #18

Operasi Itu Luka

Sehari sebelum hari operasi, Sarah dan suaminya datang ke rumah sakit Z pada petang hari

Selain bawa diri, mereka membawa barang keperluan dalam satu koper. Supaya mudah dibawa-bawa dan digiring kemana-mana.

Di lobi rumah sakit, Bram mendaftar terlebih dahulu, untuk rawat inap di ruang perawatan melahirkan. Ia beranjak ke depan mengambil nomor antrean.

"Aku tunggu di sofa dekat toko roti," kata Sarah sebelum menyeret koper.

Agak lama menunggu akhirnya seorang pegawai datang bersama kursi roda, "Mari Ibu bapak saya antarkan ke ruangan."

Sarah akhirnya duduk di kursi roda itu. Selanjutnya mereka semua menaiki lift.

Pegawai itu memandu mereka menuju lantai sembilan tempat ruang perawatan melahirkan berada.

Ruang perawatan itu terang, berwarna krem dan bergaya interior yang lebih modern. Berbeda dengan bangsal persalinan yang beberapa hari sebelumnya Sarah datangi.

Di sana mereka menemui sejumlah pegawai perempuan yang berjaga di meja bagian depan. Para pegawai itu kemudian memperkenalkan diri sebagai perawat dan bidan. Seorang mengukur dahulu tekanan darah Sarah dan menimbangnya.

Kemudian diantar masuk ruang kamar dan ditinggalkan sesaat. Mereka menaruh koper dulu dan Sarah mulai duduk di ranjang pasien.

Tak lama kemudian dua orang perawat mengetuk pintu lalu masuk ke dalam kamar. Mereka mendekat sembari bawa beberapa peralatan.

"Dipasang jarum infusnya dulu, Bu," satu orang menjelaskan.

Aduh. Bertemu jarum lagi, Sarah membatin. Dia siap-siap mengambil napas waktu jarum itu menembus pembuluh darah di pergelangan tangannya.

Bram yang beruntung, sedang berada di dalam kamar mandi. Tadi katanya hanya mau buang air kecil. Kok lama betul?

Sarah amat curiga, bisa jadi Bram mendengar kata 'jarum' atau bahkan mencium bau-bau jarum, makanya suaminya itu mengungsi di kamar mandi.

Terdengar satu lagi ketukan pintu. Kali ini seorang lelaki.

"Permisi, mau ambil darah untuk cek lab," katanya begitu ia masuk.

"Diambil darahnya dua kali Bu. Pertama dari daun telinga, Bu."

Saat ditusuk daun telinganya, ia tidak begitu merasa apa-apa. Selanjutnya pegawai itu mengambil darah dari tangan.

"Baik, sudah selesai. Terima kasih," pegawai lelaki itu kemudian berlalu.

Malam itu Sarah mendapat makan malam dari rumah sakit. Menunya kurang menarik dan ia agak kurang lapar tapi dia makan juga sedikit. Usai makan, perawat mendatanginya lagi.

"Malam ini terakhir makan dan minum pukul sepuluh malam, Bu. Besok kita mulai pagi jam enam," perawat menerangkan.

"Nah, besok pagi kita keluar dari kamar jam lima. Sebelumnya ibu mandi dulu dan pakai antiseptik ini," dia membawakan sebotol kecil cairan biru.

"Dibalurkan di badan. Terutama di bagian perut, Bu," tambahnya. Dia memeragakan dengan memutar telapak tangan di area perut bawah.

"Ok, baik, Ners," Sarah mengangguk.

Lihat selengkapnya