Mereka di Sini

Jasma Ryadi
Chapter #1

Remedi (Prolog)

Setelah lima belas tahun berlalu, aku kembali ke tanah kelahiranku. Aku ingin memecahkan misteri terkait hilangnya tiga sahabat kecilku. Hidupku tak tenang karena kerap dihantui rasa bersalah.

Bayang-bayang mereka acapkali menyapa mimpi serta langkahku. Mereka seolah memintaku untuk menyingkap tabir keberadaan mereka yang masih tak terungkap.

Ya, kala itu ada pembangunan jembatan sekaligus jalan raya di desa kami. Bagi anak-anak, hal tersebut membawa kegembiraan tersendiri layaknya disuguhi arena bermain yang baru. Truk-truk besar dan mobil beko (ekskavator) menjadi pemandangan yang menakjubkan. Aku ingat sekali betapa girangnya kami, setiap sepulang sekolah, berdiri di lokasi galian untuk menyaksikan para “Transformer” bekerja.

Namun, Ende (sebutan untuk nenek) selalu melarangku bermain di dekat fondasi bangunan jembatan. Katanya, setiap pembangunan konstruksi (infrastruktur atau gedung) pasti akan meminta tumbal.

Lambat laun, semua orang tua mulai memantau anak-anak mereka. Kami selalu diwanti-wanti agar tidak lagi bermain di sekitar area "kegembiraan". Tempat yang semula menyenangkan seketika menjadi dikeramatkan.

Hanya saja, selayaknya anak kecil, semakin dilarang justru semakin dilanda penasaran. Aku dan tiga temanku pun berpikir bahwa cerita tentang tumbal hanyalah karangan orang dewasa. Tujuannya agar anak-anak tidak menghabiskan banyak waktu untuk bermain. Ditambah, tak ada penjelasan detil yang kami peroleh mengenai arti tumbal yang sesungguhnya. Jadi, jiwa polos kami ibarat ditantang untuk membuktikan kebenaran.

Hari itu, Kamis, 4 Juni 1998—aku masih mengingat tanggal tersebut dengan jelas—aku bersama Hamid, Musa, dan Rusman pergi ke tempat galian sepulang sekolah. Kami sengaja tidak menaruh tas dulu ke rumah karena pasti akan sulit mendapatkan izin untuk bersenang-senang.

Lihat selengkapnya