Mereka di Sini

Jasma Ryadi
Chapter #12

Bab 11: Tanya Tanya

Berbagai pengandaian menyerang pikiranku. Seandainya aku turuti peringatan si Ibu, mungkin Robi tidak akan tertidur lagi. Seandainya aku tidak memaksakan ego, tak akan ada kisah mencekam seperti ini.

Kini, hanya sesal yang bisa diratapi. Bisakah memutar waktu pada hari sebelum aku pulang kampung? Adakah panggilan Hamid, Musa, dan Rusman merupakan godaan setan semata?

Bercengkerama dengan hal-hal tak gaib telah membangkitkan sejuta penasaran. Batin ingin membuktikan eksistensi mereka, tetapi realitasnya semakin di luar nalar.

Hingga matahari berada di atas kepala, Robi masih terkulai tak berdaya. Sesekali ia mengerang antara ketakutan dan kesakitan. Keringat pun tak berhenti keluar dari pori-pori kulitnya.

“Bangun, Bi! Ayo kita pulang sekarang,” ucapku sembari terus mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Aisah setia menemaniku dari semalam tanpa sedikit pun memejamkan mata. Sementara si Ibu, pulang saat fajar menyingsing. Katanya, ia akan segera setelah berhasil menemui seseorang.

Ini salahku. Aku yang menyebabkan kondisi Robi menjadi nahas begini. Namun, aku pun harus bersikap bijak kepada diriku sendiri—mencari cara agar keluar dari lingkaran iblis ini. Ya, bukan saatnya juga memberikan hukuman pada kebodohanku.

Tiba-tiba ponselku berdering. Aku atur emosi sejenak. Mereka tak boleh mendeteksi ada kesedihan dari suaraku.

Dugaanku salah. Ternyata, orang yang menelepon adalah ibunda Robi. Ia pasti ingin menanyakan kabar anaknya.

Jika tidak diangkat, dia pasti menelepon lagi dan mungkin resah. Jika diangkat, apa yang harus aku katakan tentang Robi? Tidak mungkin berbicara apa adanya. Ah! Ingin rasanya berteriak sekuat tenaga sebelum mengambil keputusan.

“Kenapa Aa tidak menjawab teleponnya?” tanya Aisah—ibarat sebuah perintah.

Begitu suaraku tersambung dengan ibunda Robi, aku coba layangkan basa-basi sembari memberi ruang pada akal untuk memikirkan jawaban. Jawaban atas pertanyaan yang sudah bisa ditebak.

Aku katakan Robi sedang tidur siang setelah seharian kami beraktivitas. Terkesan tidak percaya, dia mengalihkan pembicaraan pada mode panggilan video. Untungnya, Aisah sigap membantu memosisikan Robi layaknya orang benar-benar terlelap.

Ibunda Robi tahu bahwa kami berada di Citiis. Hal tersebut membuatku didera kepanikan. Bagaimana jika ia bertemu atau menghubungi Umi, lalu bercerita mengenai lokasi keberadaan aku dan Robi? Memang mereka berada di dua kota yang berjauhan, dan tidak begitu akrab secara personal. Tetapi, terkadang kekhawatiran ibarat sugesti yang memicu kenyataan.

Di hari pertama kedatangannya, aku meminta Robi mengklarifikasi alias berbohong kepada Umi dan Abi bahwa kami hanya singgah sebentar ke Citiis. Setelah itu, kami kembali ke Lampung. Umi dan Abi pun percaya. Namun, aku luput jika Robi telah berkata jujur mengenai posisinya kepada ibunya.

Hah! Aku juga tidak bisa meminta ibu Robi untuk tutup mulut. Pasti akan ada banyak pertanyaan yang dia ajukan sebelum mengatakan kata “setuju”.

Aku merenung kala komunikasi jarak dengan ibunda Robi berakhir. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika Robi tidak bangun lagi?

Tidaaaak! Aku histeris. Pikiran buruk begitu lancang menguasai isi kepalaku.

“Tenang, A! Semua akan baik-baik saja,” ucap Aisah. Ia sodorkan segelas air putih. “Si Mamah sedang berusaha semaksimal mungkin untuk membantu membangunkan kesadaran A Robi,” imbuhnya.

Setelah membasahi kerongkongan, aku bulatkan tekad untuk menutup semua rasa penasaranku terkait ranah mistis di kampung ini dan di sisi hidupku. Tercetus untuk membawa Robi ke rumah sakit di ibu kota kabupaten. Daripada bertumpu pada yang tak tampak, lebih baik berikhtiar langsung sembari melangitkan harapan.

Aku kemas semua pakaian dan barang-barangku. Juga, merapikan segala yang Robi bawa. Aisah terlihat bingung atas tindakanku.

“Apakah di sini ada warga yang punya mobil? Kalau tidak, pinjami saya motormu sebentar. Saya akan ke jalan besar untuk mencari mobil yang bisa disewa.” Aku tak mau membuang waktu lagi. Hilangnya kesadaran Robi pasti bisa ditangani secara medis.

Lihat selengkapnya