Aku tertawa bukan berarti sepenuhnya hidupku bahagia, aku hanya perlu membalut pedihku dalam tawa.
~ Fellycia ~
Aku tak tahu betul identitas pria itu selain nama singkat 'Senja' yang dikatakan setengah berteriak saat kali pertama merasakan kenikmatan pijatanku.
Malam ini untuk kesekian kali aku bersama dengannya di tempat clubbing setelah tadi siang ia mengunjungiku di panti.
Berbulan-bulan sudah aku menghuni panti pijat. Namaku Fellycia. Dan selama itu pula aku melakukan pekerjaan sebagai masseur. Senja adalah pelanggan setia sekaligus yang mengenalkanku kepada dunia clubbing.
Awal dia datang kemari beberapa minggu lalu, selanjutnya dia rutin datang tiap tiga atau empat hari sekali. Yang jelas akhir pekan, aku tidak boleh menerima pelanggan pria selain dirinya untuk memijat dan kemudian malamnya menemani dugem.
Senja adalah sosok kaum borjuis. Penampilannya yang selalu wangi dan trendi. Setiap kali mengunjungiku sudah pasti membuatku berduit banyak dari pemberiannya.
Kadang aku berpikir, dari mana Senja memiliki uang sebanyak itu. Usianya masih muda, kira-kira seperempat abad. Apa profesinya? Tapi aku tak ada waktu untuk memikirkan hal yang bukan menjadi urusanku. Bukankah tugasku adalah memijat dia sampai dia mendapatkan happy ending? Atau lebih dari itu, andai dia tak puas dengan hanya sebatas permainan tangan.
Entah apa sebabnya, barangkali ia menyukai bibirku yang sensual, Senja sejak awal memilihku. Dan ia hanya memilihku. Tak mau apabila ditawari Fitri, Ais, atau Ella, yang permainan tangannya maut dan pernah membuat seorang pria melolong kenikmatan. Jika aku kebetulan tengah melayani pelanggan, Senja akan dengan setia menunggu hingga aku segar dan siap kembali bertugas untuknya.