Meridian

Enriko Richardo
Chapter #1

Prolog

Matahari baru saja naik dari ufuk timur, berkas sinarnya merayap masuk melalui celah rumah tua di pesisir kota London. Lengang, tak ada suara yang menyatakan kehidupan di dalam rumah itu. Hanya ada tetesan cat minyak bewarna merah di lantai teras yang memberikan definisi hobi si penghuninya.

Dibalik sebuah pintu kayu yang sudah lapuk, seorang wanita baya berusia tujuh puluh tahun sedang menatap lamat-lamat lukisan dihadapannya. Tatapannya memiliki makna mendalam, seperti menyatakan rindu kepada sosok di dalam lukisan.

Adam dan Arik adalah nama dua pemuda yang berada di dalam lukisan. Keduanya dilukiskan berdiri dengan gagah, satunya berpakaian pilot dan satu pemuda lainnya berpakaian kaos seperti anak muda di era 90-an.

Arik dilukiskan dengan pakaian pilot, wajahnya maskulin dengan kisaran usia dua puluh tahun. Rambutnya bewarna cokelat-kehitaman yang tersembunyi dibalik topi pilotnya. Seragam pilotnya bewarna putih dengan banyak lencana yang mengisi bagian dada kanan pemuda itu. Tangan kiri memegangi topinya, menampakkan arloji silver yang memantulkan sinar mentari.

Sedangkan, Adam dilukiskan dengan wajah blasteran tampan dan imut, usianya enam belas tahun dengan rambutnya yang lurus-halus bewarna putih. Pria itu dilukiskan dengan kedua matanya yang tertutup, bulu mata lentiknya terlukis rapih di atas canvas, kulitnya putih dengan rona merah di wajahnya. Baju yang dikenakannya berwarna putih dengan motif garis-garis hitam.

Wanita itu tersenyum menatap kedua pemuda didalam lukisannya. Sepasang sahabat yang tak pernah dipertemukan oleh Tuhan. Mereka hidup di dua kurun waktu berbeda. Mimpi menjadi media mereka berkenalan, saling mencari, hingga menyukai satu wanita yang sama di waktu yang berbeda.

“Bagaimana kabar kalian, Adam ? Rik ?".

Lihat selengkapnya