Adam berdiri di tengah ruangan bawah tanah yang pengap. Aroma debu bercampur udara panas di ruang bawah tanah membuatnya sulit untuk menghela nafas segar. Tangannya bergerak-gerak menunjuk ke atas sebuah kertas yang tampak seperti sebuah peta di atas meja.
"Kita harus mengambil jalan ini. Melalui analisisku, jalan ini panjangnya hanya dua kilometer sehingga mengurangi estimasi waktu mereka untuk sampai di tempat tujuan. Oleh karena itu, pastinya mereka pasti mengambil jalan yang ini."
"Tidak! Pencuri itu pasti akan mengambil jalan yang ramai, jadi mereka pasti mengambil arah ini. Mereka mengestimasikan waktu untuk mengepung kita dengan jalan yang ramai sehingga mereka akan berputar mengambil jalur di alun-alun."
"Estimasikan waktunya, Yolanda!"
Dua orang di dalam ruangan itu berdebat. Adam dan Yolanda, dua orang yang mengaspirasikan gagasannya dengan sifat tak ingin kalahnya. Mata seluruh peserta hanya tertuju kepada mereka yang beradu argumen.
Terlihat di sebelah kanan Adam, Arik duduk dengan santai. Ia menyandarkan kepala dengan sebelah tangannya berdiri, menopang kepala yang bersandar. Sesekali Ia manggut-manggut menatap kertas peta dengan beberapa pion berdiri tegak di atasnya, dipindah-pindahkan oleh dua orang yang berdebat itu.
Di sisi lain ruangan pengap itu, terlihat tiga orang remaja yang duduk berdampingan. Ros, Yosino, dan Vadrich. Mereka bertiga menatap tak acuh kedua remaja yang sedang beradu argumen dihadapan mereka. Jika saja bukan karena penculikan Hera, teman mereka, pasti pertemuan dengan debat panjang ini tidak akan terjadi.
Vadrich, tangannya menggertak meja rapat dengan keras. "Hey! Kalian mau menyusun rencana atau tidak?!" Ia bertanya dengan nada tinggi. Dua remaja yang tengah beradu itu seketika diam, malah menatap Vadrich yang tampak ingin mengajukan keluhan.
"Kau sendiri, kenapa tidak ikut berdiskusi?" Adam menatap pria itu. Kepalanya dimiringkan ke kiri-kanan. Ia merenggangkan lehernya yang tegang.
"Kalian saja yang tidak mendengarkan kami." Vadrich melenguh. Ia kesal dan berjalan menuju pintu untuk keluar ruangan. "Aku akan membawa tim investigasi-ku sendiri."
Tangannya membanting daun pintu hingga terbuka, dan kembali tertutup dengan sendirinya. Ruangan kecil bawah tanah yang pengap itu bergetar sebentar. Beberapa debu dari langit-langit atap yang rendah berjatuhan, terlihat dibalik sinar lampu lima watt di tengah ruangan.
Adam meremas jemarinya. Dia memendam rasa amarah kepada salah satu temannya itu. Jika bukan karena berita kehilangan Hera, salah satu teman mereka dari Asosiasi Pemikir, mungkin mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
Kehilangan Hera adalah kehilangan otak robotik Asosiasi, dan itu berdampak pada keamanan negara Geotrex. Asosiasi pemikir adalah bentukan staff khusus keamanan negara. Mereka diberikan akses mengelola satu batalyon pasukan militer. Melalui otak pemikir mereka yang super hebat, negara memberi akses fasilitas terbaik kepada mereka demi kelangsungan hidup Geotrex yang lebih baik.
"Arik," Adam menyerukan nama sahabatnya yang tengah sibuk berpikir di sampingnya. "Belum dapat rencana?" tanyanya lagi dengan raut wajah khawatir.
Arik menggeleng. Mulutnya masih sibuk mengisap jempolnya seperti seorang bayi yang menyedot susu botol. Pikirannya masih beradu, memikirkan rencana yang terbaik untuk dilakukan. Tangannya bergerak gesit menggeser layar tablet dan mouse komputer dihadapannya. Matanya naik turun menatap ribuan informasi yang telah dikumpulkannya seminggu sebelum mereka mengadakan rapat besar itu.