Mentari hampir tenggelam di balik cakrawala, warna langit berubah menjadi kombinasi perpaduan nuansa oranye, merah muda dan ungu yang memukau. Cahaya matahari yang mulai meredup membentuk siluet bangunan-bangunan sekitar, termasuk ka’bah dan latar Masjidil Haram dengan indahnya. Pemandangan yang amat menyejukkan hati juga pikiran bagi setiap yang berada di dalamnya.
Sedangkan, jamaah lain mulai menyiapkan diri untuk menunaikan sholat maghrib. Mereka sibuk mengatur sajadah, mempersiapkan hati untuk beribadah. Beberapa diantara mereka pun terlihat membaca ayat al-Qur’an atau berdizikir, berdo’a serta bermunajat dalam ketenangan diantara keramaian yang ada.
Diantara gemerisik suara orang-orang yang berdzikir serta melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, seorang wanita tengah bersimpuh di pelataran Masjidil Haram. Lisannya senantiasa menyebut asma-Nya disertai jemari yang menggulir rangkaian tasbih dalam genggamannya. Air matanya mengalir syahdu dari matanya yang terpejam, tidak terusik dengan manusia yang berlalu lalang disamping atau di belakangnya. Ia tengah beribadah dengan khusyu’, suasana ini yang ia impikan sejak lama, suasana ini yang sudah menjadi cita-citanya sejak peristiwa kelam itu menimpanya bahkan menghantuinya hampir disetiap malamnya. Hari ini, ia merasakan nikmat yang luar biasa, dirinya tengah kembali berdamai dengan jiwanya atas peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.