Merindu Sewindu

Fitri Handayani Siregar
Chapter #13

#13 Kehidupan Pernikahan ku Dengan Azlan Setelah Menikah

Kenapa aku lantas mengiyakan saja untuk menikah dengan nya. Ada apa dengan mu Aafiyah, kalau ia tidak mengizinkan mu kembali ke German bagaimana mimpi mu..? bagaimana cita – cita yang selama ini kau perjuangkan dari gadis kampung dan sekarang sedang menlanjutkan studi S2 mu di German. Istri tetaplah istri kedudukan nya dibawah suami bagaimanapun hebat nya gelar atau pun kedudukan nya diluar rumah di dalam rumah tangga ia tetap lah bergelar istri yang harus mematuhi perintah suami nya. Untuk sekarang dia lah yang bertanggung jawab atas mu Aafiyah bukan lagi ayah dan ibu mu.

Seketika rasanya hidup ku berubah drastis tidak hanya bergelar istri tetapi aku juga seorang ibu sekarang dari Qaira anak sambung ku, bagaimana cara menyampaikan nya ke ayah nya Qaira yang tak lain dan bukan sejak hari ini adalah suami ku, dan apakah nanti ia akan mengerti, ibu mengetuk pintu kamar ku. Ibu ku juga sudah terlihat berganti pakaian, wajah lelah nya terlihat sekali. Mata nya masih sembab karena tadi menangis tersedu – sedu menerima hujatan dan makian dari ibu nya Hanif. “bagaimana anak ibu..?” ibu menanyakan keadaan ku dan memeluk ku erat. Aku tersenyum ke arah ibu, aku tidak mau ada air mata kesedihan tertumpah lagi dirumah ini apalagi itu air mata ibu ku karena ucapan – ucapan yang tidak pantas dari ibu nya Hanif. “semua orang di balai adat tadi tidak henti – henti nya mendoakan pernikahan ini Aafiyah, mereka tidak menyangka keluarga Hanif tega berbuat demikian ke keluarga kita.” Aku menyeka air mata ibu ku. “jangan ada lagi air mata bu untuk mereka, mereka tidak pantas untuk di tangisi bu, ini takdir Allah untuk Aafiyah bu. Ini takdir nya Aafiyah menikah dengan ayah nya Qaira.” ku peluk erat ibuku.

Ibuku berpesan, tanggung jawab ku tidak lah mudah, aku harus berperan juga sebagai ibu sambung nya Qaira. Aku harus siap mau tidak mau menjadi ibu, meski hanya ibu sambung tetapi tanggung jawab itu dunia akhirat, begitu pesan nya ibu kepada ku. Aku memilih tidak menceritakan ketakutan ku atas izin kembali ke german untuk menyelesaikan S2 kepada ayah nya Qaira pada ibu. Apa yang ibu dan ayah ku hadapi hari ini cukup berat dan aku tidak mau menambah beban fikiran ibu lagi, aku akan berusaha menyelesaikan nya sendiri. ku dengar suara nya bu Hasnah dan ayah nya Qaira berasal dari ruang tamu yang bersebelahan dengan kamar ku. Cepat – cepat ku ambil jilbab yang tergantung di balik pintu.

Belum sempat ku susul mereka ke arah luar, ayah nya Qaira tampak masuk ke kamar ku bersama Qaira di gendongan nya. “mama, ma... nenek bawain mama Sup iga, yok kita makan.” Ayah nya Qaira melihat ke arah ku yang salah tingkah di panggil mama olehnya. “muka nya kok bingung gitu, mama kan panggilan nya Qaira ke Aafiyah, kalau uda ya bukan manggil mama lah, hun Aafiyah, iya kan hun..?” aku tahu persis dia menggoda ku. Ku tingglkan ia di kamar dan mengambil Qaira dari gendongan nya. “sini nak, kita tempat oma ya.”  Ku lihat senyum nya jelas sekali itu senyum menggoda yang tidak lucu sama sekali.

Ku hampiri bu Hasnah ku salami ia seperti menyalami ibuku sendiri. “ibu tahu hari ini berat nak, ini ibu masak kan sup iga untuk kita semua biar selera makan kita bangkit lagi”.  Bu Hasnah memeluk ku. Ku siapkan sup iga yang di bawa oleh bu Hasnah di meja makan. Betul sekali rasanya selera makan kembali setelah memakan sup hangat buatan ibu mertua ku itu. Bu Hasnah membuka pembicaraan, “ibu tahu ini tidak seperti yang Aafiyah bayangkan, tiba –tiba menikah dengan Azlan sepaket langsung jadi ibu nya Qaira, ibu tahu itu tidak gampang nak, tapi percayalah ibu akan ada disini meringankan tanggung jawab yang tiba – tiba Aafiyah emban.” Aku tak tahu harus berkata apa ke Bu Hasnah, aku hanya membalas kebaikan nya barusan dengan senyuman. “ahh, iyo ni tadi awak ka siko, ka mangecek an kalau tigo hari lai baa kalau awak ka jakarta ni, awak buek acara ketek – ketek undang sanak sodaro awak ma ngagiah tahu kalau Aafiyah jo Azlan lah barumah tanggo ni (ahh, iya kak, bagaimana kalau 3 hari lagi kita pergi ke jakarta kak untuk memberitahu sanak saudara kita bahwa azlan dan Aafiyah ini sudah menikah, kita buat acara yang sederhana saja.) bagaimana menurut Aafiyah dan Azlan, biar saudara – saudara kita tahu kalau Azlan sudah menikah, atau kalau mau pesta meriah boleh juga, nanti ibu persiapkan di Jakarta.  

Lihat selengkapnya