"Tok ... Tok ..." dua kali suara ketukan terdengar dari luar.
Tetap saja raut wajah masam terasa makin tidak senang makin menggelayuti wajahnya Rindu hanya masih terbaring malas diatas dipan. Hijab putihnya sedikit mengkerut turun kekening wajahnya yang cantik sekali, dua kupingnya terasa masa bodoh tahu siapa sejak dari tadi mengetuk pintu.
"Rindu ..." suara halus namun panjang terdengar panggilan Nani dari luar tapi makin cuman di cuekin Rindu malahan kini bantal guling jadi jadi penutup dua kupingnya.
"Sabar Bu. Kasihan Rindu, jangan terlalu keras dengannya," begitu sayangnya Rahman dengan Rindu, sampai-sampai hampir setiap pagi Nani juga bosan dengan nasehatnya.
"Iya!" sahut Nani melirik Raham beranjak jalan kearah dalam kamar mandi.
Handle pintu kamar coba disentuh tangan kanannya Nani, pintu terbuka sedikit terdorong kedalam. Namun tidak lantas masuk kedalam, wajah Nani di longokan kedalam. Tersenyum sambil gelengkan kepalanya kemudian Nani masuk kedalam kamar.
Tersenyum raut wajahnya Nani perhatikan sekitar kamar bernuansa putih seluruh bagian dindingnya. Terpampang kaligrapi lafal Allah, serta foto masa kecil Rindu dan foto keluarga. Tersenyum makin terpancar dari wajah Nani sembari tangan kanannya menarik kursi kayu, lalu dirinya terduduk berhadapan dipan masih terbaring Rindu dengan masih bantal guling tutupi dua kupingnya.
"Jam segini kok, cucu kesayangan Nenek belum bangun juga?" sekali mendarat husapan halus telapak tangan kanan Nani pada perut Rindu masih terbalut selimut putih.
Rada kesal juga Rindu terbangun sambil lempar bantal guling kesudut pinggir dipan, lalu Rindu terduduk setengah punggung belakangnya tersandarkan pada papan dipan.
"Nenek tahu apa yang sedang kamu pikirkan?" beranjak bangun dari duduknya Nani lalu dua tangannya menarik dan lalu melepit selimut yang tadi sempat dipakai Rindu.
Hanya memasang wajah masam, dua tangannya bersila dihadapan dadanya, Rindu terasa makin terlupakan karena kesibukan dua orang tuanya. Padahal hari ini di sekolahnya ada agenda mengambil raport, sudah sering kali setiap ada agenda pengambilan raport kedua orang tua Rindu tidak pernah datang, hanya selalu di wakilkan Nani dan Rahman saja,
Ada saat dirinya semakin rindu dan ingin sekali seperti teman-temannya yang ketika mengambil raport selalu di temani dua orang tuanya. Tapi semua itu tidak akan pernah terwujud, karena mereka berdua selalu alasan sibuk terus.
"Aku malas, Nek!" ketus terucap dari bibir tipis Rindu tidak berselimut lipstik.