Mermaid Melody

Mizan Publishing
Chapter #2

Chapter 2

Park Kyung Ro, Direktur E-Entertainment

"Jung Woo? Kamu di mana?” tanyaku sambil mengintip dari tirai rumahku. Di halaman sana pemandangan sungguh mengerikan. Fans Jung Woo yang kebanyakan perempuan, berkerumun heboh. Mereka meneriakan nama adik sepupuku itu, tidak peduli hari sudah malam. Mereka memampang poster-poster Jung Woo dan mengangkat karton bergambar hati tinggi-tinggi. Beberapa orang yang merasa suaranya bagus menyanyi akapela lagu-lagu Jung Woo. Yang nekat menggelar tikar, yang niat membangun tenda. Mereka kira halaman rumahku ini bumi perkemahan?

“Hyung, aku di … di mana ini, ya?”

“Ah, sudah. Yang jelas, kamu tidak usah pulang,” aku memotong. “Fans kamu berkerumun di halaman rumahku. Mereka tahu kamu menginap di sini. Kamu pasti mati dicubiti kalau pulang. Kamu menginap saja di hotel. Besok kalau sudah aman baru pulang,” kataku cepat. “Sudah dulu, aku harus mencari orang untuk mengendalikan mereka.” Aku segera memutus sambungan telepon. Baru saja ponsel kuletakkan di meja, sudah ada dering lagi.

“Kyung Ro Oppa!” suara di telepon setengah berteriak, “apa Jung Woo Oppa sudah datang?”

Sudah kuduga nomor tidak dikenal ini adalah fans Jung Woo. Sudah beberapa jam ini ponselku tak berhenti berdering. Peneleponnya, jelas fans Jung Woo. Entah dapat nomorku dari mana, yang jelas keperluannya cuma satu, menanyakan Jung Woo. Kalau begini terus, pasti aku tidak bisa tidur. Aku mematikan ponsel.

Alea Kei, Pengangguran

“Ponsel Hyung mati!” pekik cowok itu sambil meratap seolah yang mati adalah Hyung-nya. “Hyung … huk … huk … huk ….” Sekarang, dia merengek. Yang benar saja!

“Sudah! Jangan berisik. Aku tidak bisa konsentrasi menyetir,” kataku.

Cowok itu celingukan sebentar. “Sudah, sudah, jangan ngebut. Fans-ku sudah tidak mengejar lagi.”

Aku hampir saja tertawa setiap kali dia menyebut kata fans. Aku melihat dari spion, orang-orang gila itu sudah tidak lagi mengejar kami. Sepertinya mereka tertinggal jauh. Nah, sekarang waktunya menyingkirkan satu orang gila lagi, yang ada di dalam mobilku. “Oh, ya, kalau kamu memang Jung Woo, kenapa kamu masih di sini? Kabarnya Jung Woo sudah pulang kemarin.”

“Aku … ada misi rahasia di Indonesia. Aku harap kamu nggak memberitahukan ini ke media,” katanya. Beneran deh, cowok ini pinter banget akting jadi Jung Woo. Pantas saja cewek-cewek tadi tertipu.

“Oke-oke, cukup.” Aku tidak mau tahu lagi dia Jung Woo atau siapa. “Sekarang, kamu mau ke mana?”

“Aku belum tahu ….” Dia merengek. Ah … di mana sih ibunya?

“Baiklah, Jung Woo. Nah … ini halte paling terang,” kataku selembut guru TK. “Seharusnya kamu aman di sini. Kamu bisa memikirkan akan ke mana kamu pergi sambil menunggu bus atau taksi.” Aku memberhentikan mobilku di halte. Jung Woo gadungan ini bergeming. Wajahnya yang polos bingung. Kalau saja ini bukan Jakarta, tempat orang jahat bertaburan, aku pasti tidak akan tega menurunkannya di jalan. Sepolos apa pun tampangnya, aku harus melindungi diri, “Ayo turun …,” kataku.

“Aku tidak mau naik bus. Terlalu banyak orang, aku tidak suka kulitku harus bersinggungan dengan orang lain. Aku tidak mau bakteri mereka pindah ke kulitku.” Dia memandangku dengan takut, seolah aku ratunya bakteri.

“Kalau begitu naik taksi saja, di halte ini, taksi sering lewat.”

“Kan kamu tahu, dompetku hilang.”

“Kamu bisa bayar di rumah,” pekikku. Orang bingung ini mulai membuatku ikut bingung.

“Tapi, aku tidak bisa pulang ke rumah. Hyung bilang fans-ku berkerumun di halaman. Dia tidak yakin apakah semalaman ini, dia masih bisa mencari pengawal untuk mengendalikan mereka,” katanya sambil menatap mataku serius. Sepertinya dia jujur, tidak sedikit pun aku melihat gelagat mencurigakan.

Aku mengingatkan diriku sendiri agar tidak tertipu. Ini Jakarta. Kenapa banyak kejahatan terjadi adalah karena banyak penjahat lihai. “Turun!” kataku sambil kembali menatap matanya, untuk menegaskan kalau aku serius. Dia tidak bergerak, hanya menatapku dengan matanya yang menyimpan ketakutan seperti anak-anak.

Sepertinya aku kenal dengan matanya. Ada jawaban rindu ketika menatapnya. Aku hanya tak berani menanyakan apakah dia juga merasakannya.

Cha Jung Woo, Artis & Penyanyi

Lihat selengkapnya