Mermaid Melody

Mizan Publishing
Chapter #3

Chapter 3

Takdir memang punya kuasanya sendiri.

Manusia merasa merencanakan pertemuan dan perpisahan,

padahal sebelum itu, takdir telah digariskan.

Cha Jung Woo, saat 7 tahun

Ini pertama kalinya Ayah dan Ibu mengajakku ke Medan. Kami menginap di lake house milik salah satu temannya. Magically Toba Lake house berada di tepi Danau Toba. Ini danau terluas yang pernah kulihat dan lake house termewah yang pernah kudatangi. Lake house itu terlihat seperti istana di atas bukit, dan aku berseru kegirangan. Main house-nya pun tidak bisa dibilang house, ini lebih mirip dengan istana. Aku mengeluarkan kepalaku dari kaca jendela ketika mobil kami menyusuri jalan sepanjang danau biru yang dikelilingi bukit-bukit hijau itu.

Dindingnya terbuat dari batu-batu berwarna putih kecokelatan yang besar dan menara-menara beratap kerucut mengingatkanku pada istana raja naga yang ada di buku dongeng. Aku menolak tawaran Ayah untuk tidur di lake house sesungguhnya, yaitu kamar-kamar yang dibangun tepat di atas danau, seperti mengapung. Aku minta tidur di menara istana itu. Tubuhku lelah, tapi aku tidak bisa memejamkan mata karena sudah terbayang besok. Ayah akan mengajakku menyeberangi danau ini, naik boat ke pulau yang katanya ada di tengah-tengah danau ini.

Ibu membacakan cerita untukku agar aku bisa cepat tidur. Tentu saja setelah mengeluh bahwa ini salah satu kegiatan yang harusnya tidak dilakukannya sejak aku bisa membaca sendiri. “Mermaid bernyanyi sambil berkeliling laut. Ia meninabobokan seluruh penghuni laut dengan suaranya yang begitu indah. Apa itu? Mermaid bersembunyi di balik batu ketika ia melihat ada manusia yang menyelam ke dalam laut. Mengapa masih ada manusia berenang di malam selarut ini, pikir Mermaid. Padahal, manusia itu bukanlah penyelam. Dia adalah pangeran yang tenggelam. Para pembajak melukainya dan mengambil kapalnya. Pangeran begitu kesakitan hingga tak mampu berenang untuk menyelamatkan diri.

Dalam kesakitannya, sang Pangeran melihat cahaya keemasan dari balik batu. Itulah rambut Mermaid yang menjuntai dimainkan gelombang. Ketika Mermaid mengintip dari balik batu, sang Pangeran melihatnya. Dengan tenaga yang tersisa, jemari pangeran mencoba meraihnya, meminta tolong.

Saat Mermaid melihat sorot mata sang Pangeran yang ketakutan, saat itulah Mermaid tahu, sang Pangeran perlu pertolongan. Mermaid segera berenang menuju pangeran yang melayang tenggelam. Namun terlambat, kepala sang Pangeran terantuk karang. Darah merah keluar dari kepalanya, menyatu dengan air laut yang dingin. Mermaid mendekap sang Pangeran yang begitu kesakitan dan membawanya berenang ke atas permukaan laut, secepat yang ia bisa. Dalam dekapan Mermaid, sang Pangeran tahu, setelah ini, dia akan baik-baik saja.

Mereka pun tiba di permukaan laut. Di atas karang besar, Mermaid merebahkan tubuh sang Pangeran yang sudah lemah. Saat itulah sang Pengeran yang sudah setengah sadar melihat Mermaid dengan sorot mata yang begitu mengaguminya. Sinar bulan bekerlip di rambut emas Mermaid. Cahaya mata yang menatapnya cemas begitu terang seperti terbuat dari serbuk bintang, yang putih memantulkan cahaya lembut seperti marmer.

Sayangnya, Pangeran tidak melihat bahwa perempuan itu berekor seperti ikan. Kalau saja ia melihatnya, di kemudian hari Pangeran akan mudah mengenalinya. Takdir memang punya kuasanya sendiri. Manusia merasa merencanakan pertemuan dan perpisahan, padahal sebelum itu, takdir telah digariskan. Bagi pangeran, perempuan yang menolongnya ini seperti malaikat. Dia telah jatuh cinta pada perempuan cantik ini. Dia ingin mengucapkan terima kasihnya, tapi, dia begitu lemah. Pangeran tidak bisa bergerak, bahkan hanya untuk membuka mulutnya.

Jadi, pangeran menyampaikan terima kasihnya lewat sorot matanya. Lama-kelamaan, sang Pangeran merasa kepalanya begitu berat, sementara dunia di sekelilingnya terasa berputar tak beraturan, matanya perlahan gelap. Pangeran tidak sadarkan diri.

Ibu berhenti membacakan cerita Mermaid yang baru pertama kali kudengar. Dia melihat jam tangannya yang berkilauan berlian, lalu menutup buku ceritaku.

Lihat selengkapnya