Meskipun Dia Bukan Anakmu

Titin Hartini
Chapter #8

Bab 8: Ikatan Ayah dan Anak

Matahari mulai terbenam ketika Hamid mengajak Ali duduk di teras rumah. Angin sore menghembus lembut, dan suara burung gereja terdengar samar dari pohon mangga di halaman. Di tangan Hamid ada sebuah buku cerita, sesuatu yang ia pilih untuk memulai obrolan dengan Ali.

“Kamu suka membaca?” tanya Hamid sambil membuka halaman pertama.

Ali mengangguk perlahan. “Ibu dulu suka bacakan cerita untukku sebelum tidur,” jawabnya lirih.

Hamid terdiam sejenak, menyadari betapa besar kehilangan yang dirasakan anak itu. Ia berusaha menahan rasa bersalah yang mengintip di sudut hatinya.

“Kalau begitu, mau Ayah bacakan cerita ini?” tawarnya. Kata ‘Ayah’ terasa canggung di bibir Hamid, tetapi ia ingin membiasakan Ali mendengar kata itu darinya.

Ali mengangguk lagi, matanya sedikit berbinar.

Cerita mengalir perlahan, dan Hamid melibatkan Ali dalam pembacaan itu, sesekali meminta Ali untuk membaca bagian kecil. Ali tampak antusias, meskipun suaranya ragu-ragu di awal. Ketika cerita selesai, Ali memandang Hamid dengan ekspresi yang sulit dijelaskan—campuran antara rasa syukur dan harapan.

“Terima kasih,” kata Ali pelan.

“Ali,” panggil Hamid setelah jeda yang panjang. “Ayah tahu ini semua tidak mudah untukmu... dan untuk kita semua. Tapi Ayah ingin kamu tahu, Ayah akan selalu ada untukmu mulai sekarang.”

Ali menatap Hamid, matanya berkaca-kaca. “Benarkah?”

Hamid mengangguk. “Kamu adalah bagian dari hidup Ayah sekarang. Kita akan belajar bersama, ya?”

Lihat selengkapnya