Meskipun Dia Bukan Anakmu

Titin Hartini
Chapter #11

Bab 11: Pemahaman dan Introspeksi

Malam itu, Nur duduk sendirian di ruang tamu setelah memastikan semua orang di rumah sudah tidur. Lampu remang-remang dari sudut ruangan menambah suasana sunyi. Dalam keheningan, Nur membuka Al-Qur'an kecil yang sudah lama ia simpan di rak, mencari jawaban untuk gelombang emosi yang selama ini menghantui hatinya.

Ia teringat ayat-ayat tentang pengampunan, terutama bagaimana Allah selalu membuka pintu maaf bagi hamba-Nya yang bertobat. Nur tahu bahwa hidupnya tidak sempurna, dan ia pun pernah melakukan kesalahan. Jika Allah saja Maha Pengampun, mengapa ia tidak bisa mencoba memaafkan orang lain, terutama anak kecil yang tidak bersalah?

Keesokan harinya, Nur memutuskan untuk pergi ke masjid sendirian. Di dalam masjid yang sepi, ia sujud lebih lama dari biasanya, menangis dalam doa. Ia memohon kekuatan untuk mengatasi rasa sakit dan kebencian yang telah menguasai hatinya.

"Ya Allah," bisiknya dalam hati, "berikan aku keikhlasan. Berikan aku kemampuan untuk menerima kenyataan ini. Bimbing aku agar dapat menjadi istri yang lebih baik, ibu yang lebih sabar, dan hamba-Mu yang lebih ikhlas."

Setelah shalat, Nur duduk di tangga masjid, memandangi anak-anak kecil yang sedang bermain di halaman. Wajah ceria mereka mengingatkannya pada Ali, yang selalu berusaha mendekatinya dengan cara-cara sederhana tetapi tulus. Nur sadar, meskipun ia merasa marah dan kecewa, Ali tidak pernah menyerah untuk mendapatkan kasih sayangnya.

Ia juga teringat kata-kata Ustazah di pengajian beberapa waktu lalu: “Memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi melepaskan diri dari beban emosi yang menghambat kita untuk maju. Ikhlas adalah cara kita menguatkan hati, bukan menyerah pada keadaan.”

Lihat selengkapnya