Meskipun ini Hari-Hari yang Terasa Hampa

RoomOfCreation
Chapter #3

TRACK #002

One, two, step... step by step...

Odorimasen ka boniita

Te wo tori koshi karamasete an, du, trowaa

Kuchibiru furesou na kyori de

Fui ni sasayaku kotoba wa "te amoore"

Terdengar di penyuara telinga Damian yang tersambung ke Sony Walkman NWZ-S738F, suara Miyavi sedang mendendangkan lagu Senor Senora Senorita. Damian sengaja memakai penyuara telinga tersebut, hanya di telinga kanan saja, karena Damian mendengarkan lagu ini, sambil memainkan akor-akor gitarnya.

Di depan Damian, Mas Damar yang sekarang sedang mengelap gitar kesayangannya, memperhatikan Damian yang sedang bermain gitar.

"Isih murup, toh, kuwi MP3 player?" ucap Mas Damar yang mengenali pemutar musik milik Damian tersebut. "Awet tenan, yo, kuwi MP3 player?"

"Ya ..., mung masalah batere, sih, Mas saiki ...," jawab Damian, yang kini berhenti bermain gitar. "Saiki, gampang ngedrop baterene. Dadi ..., ya, wis ora kerep tak nggo. Palingan ..., mung tak nggo nek pengen ngrungoke lagune Miyavi ..., sing ra ana ning Spotify apa Youtube Music."

"Karo ...," lanjut Damian, sambil mematikan pemutar musiknya tersebut, dan melepaskan penyuara telinga yang masih terpasang. "Nek aku lagi kangen ..., karo Ibu."

Mendengar Damian berkata seperti itu, Mas Damar segera meletakkan gitarnya ke tempat semula. Kemudian beranjak dari tempat duduk, dan berjalan ke arah Damian.

"Tak adus sik," ucap Mas Damar, sambil mengacak-acak rambut Damian. Kemudian, Mas Damar berjalan ke luar dari studio, sambil berkata, "Aku lali ..., nek durung manasi si Windy."

Damian tentu saja terkekeh-kekeh mendengar perkataan Mas Damar barusan, karena Mas Damar menyinggung nama Windy, dan berkata lupa memanasinya. Windy itu, adalah nama kesayangan dari Mas Damar, untuk motor Honda Win 100, yang dia miliki. Dan julukan ini, sering membuat orang lain salah mengira, itu nama pacar dari Mas Damar.

Beberapa saat kemudian, saat Mas Damar sudah tidak terlihat dari pandangan Damian. Damian segera menyimpan Taylor T5-C1 miliknya tersebut, ke dalam wadah gitar. Damian memasukkan ke dalam wadah, dengan sangat hati-hati. Karena dia tahu, harga gitar yang dia punyai ini, benar-benar cukup mahal. Kira-kira, Damian bisa punya sekitar 10 Squier Sonic Stratocaster, yang dimiliki oleh Mas Damar.

Sampai sekarang, Damian masih penasaran, dengan siapa yang memberikan gitar tersebut, sebagai kado ulang tahunnya yang ke-13. Jelas bukan Mas Damar, apalagi Pak Bagyo atau Bu Inar. Tidak mungkin sekali, mereka yang membelikan gitar ini. Sayangnya, penasaran Damian tidak pernah terjawab, karena Mas Damar selalu saja menghindar, jika ditanya siapa yang memberi kado ke Damian tersebut.

Hingga akhirnya, Damian pun menyerah untuk mencari tahu, siapa orang yang memberikan gitar ini.

Taylor T5-C1 berwarna hitam ini, makin terasa spesial bagi Damian. Karena gitar ini, mirip dengan gitar yang pernah dipakai oleh Miyavi. Gitar yang digunakan oleh Miyavi, di antara tahun 2010 dan 2014. Seperti dipakai di video klip StrongWhat's My Name?Real?, maupun di Survive.

Dan siapa pun yang memberikan kado ini, bagi Damian, seleranya bagus juga.

Kini mata Damian, tertuju ke pemutar musik yang ada di tangannya. Benda yang tidak kalah berharganya, dengan gitar tersebut. Bahkan bisa dibilang, pemutar musik ini jauh lebih berharga.

Dan Damian pun, mengingat-ingat lagi, bagaimana dia bisa mendapatkan pemutar musik ini, 5 tahun yang lalu.

***

Dari makam ibu Damian, kini Mas Damar mengendarai motornya ke arah barat. Damian berpegangan erat di belakang. Motor Mas Damar, terus melaju sampai di perempatan tugu Jogja, kemudian berbelok ke arah kanan. Kemudian, melewati sebuah jalan kecil dekat pasar, yang tembus ke arah jalan Magelang.

Dari sini, Mas Damar melaju terus ke arah utara. Damian jarang sekali, melewati daerah ini, jika diajak pergi oleh Mas Damar. Hanya ada satu tempat, yang dikunjungi Damian, jika diajak pergi Mas Damar. Sebuah mal, yang masih berada di jalan Magelang. Biasanya, jika ke mal tersebut, Mas Damar mengajak Damian untuk menonton di bioskop.

"Arep nonton iki, Mas?" tanya Damian penasaran, sambil melihat ke arah jalan yang cukup ramai. "Emange ana film anyar apa, Mas?"

"Ora nonton ...," jawab Mas Damar. Dia masih fokus mengendarai motornya tersebut, yang terus melaju ke arah utara. "Mengko ..., lak kowe ngerti dewe, arep tak jak ning endi."

"Mbok aku dikandani, Mas. Pelit banget ..., karo aku," protes Damian, "Aku penasaran banget iki."

Mas Damar, malah tertawa mendengar perkataan Damian tersebut. Dan yang dilakukan Mas Damar, makin membuat Damian penasaran. Baru kali ini, Mas Damar bermain rahasia-rahasiaan, seperti ini. Bahkan Mas Damar, sepertinya sengaja melakukan ini, di hari ulang tahun Damian.

Sepanjang jalan, Damian terus memaksa Mas Damar untuk memberi tahu ke dirinya, mereka hendak ke mana. Namun, tetap saja Mas Damar hanya membalas Damian dengan tertawa. Hingga akhirnya, motor Mas Damar menyeberang ke sebuah bangunan yang ada di kanan jalan, dan berhenti di parkiran.

Itu sebuah restoran, yang sekaligus sebuah kafe.

Hal ini, tentu saja membuat Damian makin bertanya-tanya. Karena tidak biasanya, Mas Damar mengajak ke tempat seperti ini. Mas Damar, memang pernah mengajak Damian ke sebuah kafe, tapi kafe tersebut, hanya sebuah kafe kecil, di daerah Gejayan, di mana Mas Damar dan band Ta & The Comma, melakukan pertunjukkan akustik.

Lihat selengkapnya