Meskipun ini Hari-Hari yang Terasa Hampa

RoomOfCreation
Chapter #8

TRACK #007

Dear my friend

Sora wo mina yo, ima bokura wa onaji sora wo miten da

Tooku hanaretete mo onaji sekai onaji sedai

Sarah dan Al, menyanyikan lirik pembuka dari lagu Dear My Friend -Tegami wo Kaku Yo- milik Miyavi, yang mengalun melalui laptop tua Sarah. Dinding-dinding kamar Sarah yang berwarna perpaduan antara putih dan merah muda, menjadi penonton bisu, 'konser' Sarah dan Al siang ini.

Kalau membicarakan tentang Miyavi, mereka berdua, sama sekali tidak menyangka, kalau selain nama depan mereka sama, mereka juga sama-sama menggemari Miyavi. Itu pun karena ketidaksengajaan, gara-gara hari pertama mereka ikut ekskul Klub Diskusi Musik.

Waktu itu, para anggota baru Klub Diskusi Musik, disuruh untuk memperkenalkan diri. Menyebutkan nama, dari kelas mana, dan lagu favorit mereka. Dan di sinilah Sarah dan Al saling tahu, tentang siapa musisi favorit mereka, yaitu Miyavi. Saat itu mereka berdua terkejut, karena memang untuk seusia mereka, yang menyukai Miyavi tidak seramai yang menggemari—sebut saja seperti—Do As Infinity, Asian Kung-fu Generation, FLOW, Ikimonogakari, Morning Musume.

Atau band dan penyanyi Jepang, yang kebanyakan, terkenal karena lagu-lagunya dijadikan lagu pembuka atau penutup sebuah anime.

Walaupun sama-sama penggemar Miyavi, tapi soal lagu favorit mereka, mereka memiliki kesukaan masing-masing. Sarah lebih menyukai lagu Kimi ni Negai Wo yang gaya musiknya lebih nge-pop , sedangkan Al menyukai lagu Jibun Kakumei. Lagu dari Miyavi, yang masih kental dengan pengaruh genre visual kei dari band lamanya—Dué le Quartz—yang bubar di tahun 2002.

Dear my friend

Kono kumo wo tadotte ikeba

Kimi no machi he tsudzuiteru no kana

Al masih bernyanyi lagu Dear My Friend -Tegami wo Kaku Yo-, sambil memegang sisir paddle brush Sarah, seolah-olah itu adalah sebuah mikrofon. Sedangkan Sarah, berada di samping Al sambil berpura-pura bermain gitar menggunakan sebuah sapu.

Keduanya lalu berteriak histeris, saat tiba-tiba saja Al mencium poster Miyavi berukuran A0—yang Sarah dapatkan dari bonus sebuah majalah anime—di dinding kamar Sarah. Mereka lalu tertawa lepas, sambil menjatuhkan diri ke atas kasur, diiringi oleh lagu dari Miyavi tersebut.

"Tuh ..., pacarmu, Sar ...," ucap Al sambil membaca sebuah sms yang masuk ke dalam ponselnya, dalam posisi masih berbaring. "Nanyain kamu lagi ngapain, Sar. Kenapa, sih ..., gak kamu kasih nomormu, biar dia bisa langsung sms ke kamu, gak lewat aku dulu?"

"Ih ..., siapa juga, yang jadi pacarnya Mas Irfan?," balas Sarah. "Lagian ..., gak mau aku, pacaran sama orang yang narsisnya, sampe langit ketujuh kayak gitu."

Al tertawa lepas, mendengar perkataan Sarah.

"Entar kemakan omongan sendiri, loh, Sar ...," kata Al. "Bilang enggak-enggak kayak gini ..., tau-tau ..., kamu suka sendiri."

"Ih ..., enak aja," jawab Sarah, "Kamu yang entar kemakan omongan sendiri, Al."

"Kemakan gimana?" tanya Al tidak paham, sambil beranjak dari tempat tidur, lalu berdiri. "Kan ..., kamu yang dideketin sama Mas Irfan, bukan aku."

Sarah tersenyum, kemudian berkata, "Yang suka sms-an sama Mas Irfan, siapa hayo? Yang selalu laporan ke aku ..., kalau habis ditelpon sama Mas Irfan siapa?"

"Tapi itu gara-gara Mas Irfan nanyain soal kamu, Sar ...," kilah Al, "Masak aku gak ngasih tau, kalau Mas Irfan nitip salam ke kamu."

"Ya, tapi kan, kamu yang lebih sering ngobrol sama dia, Al ...," balas Sarah. "Bahkan di sekolah aja, yang sering ngobrol berdua juga kamu sama Mas Irfan. Kalau aku, disapa sama Mas Irfan aja ..., udah ngeri duluan."

"Eh ...?" ucap Al, sambil mengingat-ingat, apakah yang dikatakan oleh Sarah itu benar.

Sarah duduk di atas tempat tidur, sambil tersenyum menggoda temannya tersebut.

"Tau peribahasa 'witing tresna jalaran saka kulina'?" tanya Sarah, "Bisa jadi kamu, Al ..., yang entar malah suka sama Mas Irfan. Karena, kamu, tuh ..., akrab banget sekarang, sama dia."

Al langsung menjatuhkan diri ke tempat tidur, sambil menutup wajah. Sarah terkikik-kikik melihat Al seperti itu. Dia tahu, kalau Al sekarang pasti sedang malu sekali.

"Eh ...," goda Sarah, " Jangan bilang ..., kamu beneran suka sama Mas Irfan."

"Ya, enggaklah ...!" pekik Al, yang segera bangkit, kemudian menggelitiki Sarah. "Ngapain juga aku suka sama dia!"

Sarah pun hanya bisa tertawa terbahak-bahak, karena gelitikan Al. Beberapa kali dia meminta ampun, agar Al berhenti menggelitikinya, tapi Al, tidak mendengarkan permintaan Sarah tersebut. Dan dia terus melakukan hal itu, tanpa ampun.

Lihat selengkapnya