Meskipun ini Hari-Hari yang Terasa Hampa

RoomOfCreation
Chapter #10

TRACK #008

"Hoahhh ...."

Damian menguap lebar, karena merasakan kantuk dan bosan. Film yang sedang diputar di dalam ruangan, malah makin membuat dia mengantuk.

Hari ini, untuk kesekian kalinya, dia merasa menyesal, memilih untuk ikut dalam ekstrakurikuler Klub Diskusi Musik.

Sangatlah tidak seru, kegiatan hari ini di Klub Diskusi Musik. Berbanding terbalik, dengan ekskul band, yang jelas lebih seru. Pasti anggota ekskul band, sedang nge-jam bareng pagi ini, dan ditonton oleh murid-murid SMA Djaya Bhakti yang lain.

Seperti tadi, sebelum kegiatan Klub Diskusi Musik dimulai. Damian ikut dengan beberapa anggota Klub Diskusi Musik, untuk menonton aksi para anggota ekskul band. Di situ dia melihat Via—teman sekelas Damian yang ikut ekskul band—bahagia sekali, bisa menggebuk drum di sekolah.

Kalau saja Damian ikut ekskul ini, dia bisa membawa Taylor T5-nya ke sekolah. Dan bisa ikutan menunjukan bagaimana kepiawaian dia bermain gitar.

Sayang, nasi sudah menjadi bubur.

Dia harus menunggu setahun, jika ingin pindah ekskul. Karena aturan sekolah mengatakan, seluruh murid kelas 1, wajib mengikuti 1 ekskul, sampai kenaikan kelas

Sedangkan untuk kelas 2, sebenarnya juga sama saja. Mereka tetap wajib mengikuti 1 ekskul yang mereka pilih. Yang membedakan adalah, murid di kelas 2, diberi kebebasan untuk melanjutkan ekskul mereka saat kelas 1, atau memilih untuk pindah ekskul.

Ini yang membuat Damian, harus bersabar selama setahun mengikuti ekskul Klub Diskusi Musik dengan setengah hati.

Damian pun jadi bertanya-tanya, apa, sih, yang membuat ibunya betah berada di ekskul ini selama 2 tahun?

Ekstrakurikuler yang kegiatannya adalah, menonton sebuah film, mencari info tentang musik, mendengarkan musik-musik tertentu, kemudian apa yang dilakukan itu, jadi bahan debat. Damian memang suka jika membahas trivia-trivia yang ada di dunia musik. Atau mencari persamaan nada di dua lagu yang berbeda. Atau pula, soal sejarah-sejarah alat musik.

Namun, kalau hal-hal tersebut dijadikan bahan debat, seperti orang kurang kerjaan saja.

Damian pun jadi bertanya-tanya, apa bedanya dengan klub debat, kecuali tema yang diangkat adalah tentang musik. Karena salah satu hal paling Damian malas adalah berdebat dengan orang lain, bukan karena punya beda pendapat. Melainkan, dia harus mempertahankan argumen, sesuai dengan peran dia di dalam debat. Berperan sebagai pihak yang pro, atau menjadi pihak yang kontra.

Yang paling menyebalkan adalah, jika dia harus jadi pihak yang pro di hal yang dia tidak suka. Atau jadi pihak yang kontra, dengan apa yang Damian suka.

Seperti hari ini, dia harus jadi pihak yang pro, untuk membahas musikalitas dari film La La Land. Salah satu film yang sangat-sangat membuat Damian mengantuk dari tadi. Film yang bagi Damian sangat membosankan, hingga dia heran, kenapa bisa film ini mendapatkan piala Oscar.

Banyak orang bilang bagus. Namun, bagi Damian, masih banyak film musikal yang lebih bagus, dan layak tonton daripada film ini. Bahkan bagi Damian, film ini sangat jauh jika harus disandingkan dengan film The Sound of Music, atau Les Misérables.

Ada satu hal lagi, yang jadi pertanyaan Damian, di antara kantuk dan bosannya ini. Para anggota ekskul Klub Diskusi Musik ini aneh sekali, soal menyebutkan nama ekskul ini.

Kenapa, menyebut ekskul ini tidak disingkat? Kenapa juga, tidak ada yang menyingkat nama ekskul ini? Baik murid atau guru di sini, selalu menyebutnya 'Klub Diskusi Musik'. Kenapa tidak 'KDM' saja, yang lebih ringkas?

Damian menguap lagi, sambil menoleh ke belakang, dan melihat guru pembimbing ekskul, berjalan menuju ke depan ruangan, saat lampu ruangan dinyalakan, karena film yang mereka tonton ini selesai.

Namanya Bu Kinan, dan menjadi guru primadona di kalangan kelas 2 dan 3. Guru yang terbilang cukup muda, untuk ukuran guru SMA.

Damian sering mendengar cerita dari kakak-kakak kelas, Bu Kinan ini, termasuk guru yang galak dan sangat disiplin. Namun, hal itu yang makin membuat guru berkacamata ini, makin disukai oleh murid-murid laki-laki. Bahkan ada yang sengaja tidak mengerjakan PR, agar bisa dihukum oleh Bu Kinan.

Damian jadi terkekeh, karena sering menggoda Mas Damar soal Bu Kinan ini. Usia Bu Kinan, mungkin sekitar 26 atau 27 tahun. Lebih muda sedikit, dibandingkan dengan Mas Damar. Damian menggoda Mas Damar, untuk nembak Bu Kinan, karena keduanya mungkin cocok jadi pasangan.

Walaupun, Damian berharap itu tidak benar-benar terjadi. Karena bagi Damian, Bu Kinan ini sering sok asyik, jika ikutan nimbrung ke gerombolan murid-murid yang sedang mengobrol.

"Sana ..., cuci muka dulu. Jangan malah ketiduran di sini."

Damian jelas kaget, dengan teguran dari Bu Kinan yang sekarang berada di sampingnya.

"Ibu gak mau, ya ...," lanjut Bu Kinan, "Kamu pas nanti ikut debat ..., terus nguap ..., sampe suaranya sekenceng tadi."

Terdengarlah suara tawa para anggota Klub Diskusi Musik, setelah mendengar Bu Kinan berbicara seperti itu. Bu Kinan pun kembali menyuruh Damian untuk cuci muka. Damian hanya bisa bersungut-sungut, keluar dari ruangan.

Lihat selengkapnya