Hari libur Hania menjadi hari yang melelahkan karena membantu bibinya menyiapkan beberapa pesanan. Sore hari setelah pekerjaannya selesai, Hania memutuskan untuk mengunjungi kafe favoritnya, tempat yang tenang di tengah kota. Cuaca cerah dan angin lembut membuat suasana menjadi lebih nyaman. Setelah beberapa hari ini yang penuh dengan aktivitas, Hania merasa butuh watu untuk bersantai. Kafe menjadi tempat yang ideal untuknya, sengan suasana yang tenang dan aroma kopi yang menenangkan.
Hania baru saja memesan secangkir cappuccino, minuman kesukaannya, dan menemukan tempat duduk tepat di sudut kafe. Dia duduk sambil membuka buku yang sengaja dibawanya, kopi dan buku menjadi penenang untuknya kali ini.
Sayangnya, kopi dan buku tidak bisa membuat pikirannya lupa dengan Agas. Jujur saja, kebersamaan dengan laki-laki itu membuatnya berbunga-bunga sampai sekarang. Namun, tetap saja kenyataan membuat Hania kembali murung. Mustahil untuk mereka bersatu, jika saingan Hania adalah Danisa, wanita sempurna itu membuat tekad Hania luntur seketika.
Saat Hania tenggelam dalam bukunya, pintu kafe terbuka dan terlihat Satria yang masuk. Laki-laki itu sudah selesai dengan pekerjaannya. Memilih mampir ke kafe yang sama. Siapa sangka, mata Satria malah menangkap perempuan yang dia kenal, Hania sedang duduk sendirian di sudut kafe membelakanginya.
Senyum tipis dari bibir Satria, setelah selesai memesan Satria melangkah mendekati Hania. Tangannya mengulur, menyentuh lembut pundak Hania.
“Hai, Han, boleh gabung?” kata pria itu.
Hania yang sebelumnya terkejut akhirnya tersenyum pada Satria, “Oh, hai, boleh dong.” Jawab Hania mempersilahkan Satria duduk.
Mereka akhirnya duduk berhadapan, berbincang banyak hal. Sesekali terlihat tersenyum satu sama lain, dan juga tertawa. Hania dan Satria sedang mencoba melupakan sesuatu dengan berbagi sesuatu.
Bisa jadi hal yang mengecewakanmu akan terlupakan begitu saja jika bertemu dengan orang dengan nasib yang sama. Hania dan Satria adalah wujud dari itu.
Mereka mencoba melupakan cinta pertama mereka dengan berinteraksi satu sama lain. Meski Satria tahu Hania masih sangat mencintai Agas, sedangkan Hania tidak tahu jika perpisahan antara Satria dan Danisa bukan karena kemauan mereka.
Begitulah dua orang dengan nasib yang sama dipersatukan. Terkadang Satria dan Hania terlihat sangat menginginkan satu sama lain. Tapi, perasaan cinta tidak pernah dusta. Hati Hania masih untuk Agas dan Danisa selalu ada tempat dalam hati Satria.
Mereka hanya dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa strata sosial memang ada dan berlaku untuk hubungan mereka.
Setelah banyak mengobrol di kafe, mereka berdua perdi ke taman untuk berjalan-jalan.
“Hari ini cukup cerah ya, aku jadi ingin bersepeda.” Satria menoleh ke arah Hania yang berjalan di sampingnya.
“Tiba-tiba banget naik sepeda, ihhh. Aku nggak bisa naik sepeda, Satria.” Hania menekankan dirinya bahwa dia tak pernah berniat ingin naik sepeda. Satria malah menarik tangannya dan mereka akhirnya menyewa satu sepeda dan Hania dibonceng oleh pria itu.
Awalnya, Hania tidak mau, “Kamu ajalah, Sat. Aku tunggu disini aja.”
“Udah, ikut aku aja, kita keliling taman ini pakai sepeda. Capek jalan kaki, sekali-kali, Han. Kamu pasti seneng deh.” Satria tetap kekeh mengajak Hania, hingga perempuan itupun menyerah.
Mereka pun akhirnya bersepeda keliling taman selama 1 jam. Awalnya Hania canggung saat dibonceng Satria, tapi lama-lama dia menikmati udara sore taman itu.
“Gimana? Seru kan?” tanya Satria saat mereka bersepeda.
“Iya,” Hania menjawab dengan tersenyum masih menikmati udara segar di sekitar taman.