Hania melihat keluar jendela kamarnya, beberapa motor dan kendaraan lalu lalang di jalan raya sore itu. Terlihat juga lapangan yang dipenuhi banyak anak-anak sedang bermain bola. Mereka seolah-olah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sama halnya dengan pikiran Hania yang masih melayang pada kejadian tadi siang.
Hari ini Hania mendapat pesan dari Agas, laki-laki itu mengajaknya makan siang. Namun, insiden di rumah makan membuat Hania harus berakhir di apartemen mewah milik Agas.
Ketika Hania masuk ke ruangan itu, matanya langsung disambut dengan dekorasi mewah ala rumah konglomerat. Ruang tamu yang luas bahkan ini lebih luas dari unit apartemen Hania dua kali lipat, tidak ini sepuluh kali lipat lebih luas dari unitnya! Membuat Perempuan itu rendah diri.
Meski Agas sangat ramah pada Hania, tetap saja Hania merasakan kesenjangan sosial antara mereka terasa nyata. Bahkan sejak kakinya melangkah masuk ke apartemen Agas dia merasakan itu bukanlah tempatnya. Dia merasa tidak pantas, dunianya dengan Agas tidaklah sama. Bagaimana bisa Hania menyukai pria itu dan berharap bisa bersama Agas sebagai kekasih. Sungguh tak tahu diri, batin Hania.
Perasaannya terasa tertolak saat itu juga, seperti ada yang mengatakan bahwa, kamu tidak pantas bersanding dengan pangeran sempurna ini Hania.
“Hania? Kamu bisa pakai toiletnya untuk membersihkan noda bajumu.” Kata Agas menunjukkan letak toilet rumahnya.
Hania yang masih diam tidak mendengar apa yang diucapkan Agas, lebih tepatnya dia sedang tidak fokus dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
Sampai-sampai Agas mencoba memanggil Hania kedua untuk kedua kalinya, “Han???” ucapnya.
“Ah-i-iya?” Hania baru saja sadar, matanya membulat menatap Agas. Laki-laki itu tersenyum dan mulai menunjukkan lagi arah toilet rumahnya, “Kamu bisa pakai toiletnya sekarang.”
Hania mengangguk cepat dan segera meninggalkan pria itu.
Hania memandangi kaca besar di wastafel, menatap lekat penampilannya. Tumpahan saos steak yang ada di bajunya cukup memperlihatkan betapa lusuh dirinya. Hania menghela napas berat kemudian membasuh wajahnya beberapa kali. Berusaha tetap fokus agar tidak bertindak konyol. Dia juga mulai membersihkan noda saos di bajunya. Membasuhnya dengan air dan sedikit menggosoknya, berharap noda itu hilang.
Setelah beberapa menit, dia keluar dari toilet dengan noda yang masih terlihat di baju, meski sudah sedikit memudar tidak separah sebelumnya.
Hania kaget melihat Agas sedang menunggunya di luar toilet. Membawa satu buah kemeja berwarna putih lalu memberikannya kepada Hania, “Kamu bisa menggantinya dengan ini Han. Tenang, ini masih baru kok, tapi ya ukurannya mungkin akan lebih besar, karena ini kemejaku.” Jelas Agas. Hania sempat ragu untuk menerima kaus itu, tapi Agas memaksanya. Akhirnya dia terpaksa mengganti baju dengan kemeja milik Agas.