Pagi itu, Hania duduk di depan cermin, menatap bayangannya yang terpancar dari permukaan kaca. Matanya terlihat lelah, namun ada tekad yang kuat di dalam dirinya. Setelah banyak malam yang dihabiskannya dengan kebingungan dan kecemasan tentang perasaannya terhadap Agas, Hania akhirnya sampai pada sebuah keputusan yang tidak mudah, dia harus mengesampingkan perasaannya dan fokus pada hidupnya sendiri.
Hania menyadari bahwa memendam perasaan terhadap Agas hanya akan membuatnya terperangkap dalam ketidakpastian dan kekecewaan. Lagipula, mereka datang dari dunia yang berbeda. Kesenjangan sosial antara mereka terasa begitu nyata, dan semakin Hania memikirkannya, semakin dia merasa tidak layak untuk bermimpi tentang sebuah hubungan bersama Agas. 'Toh dia sudah ada Danisa,' batinya. Dia perlu membuat keputusan karena dia paham bahwa hidupnya bukan tanggung jawab orang lain.
Hari itu, Hania memutuskan untuk memulai harinya dengan cara yang berbeda. Dia menyiapkan sarapan sehat, sesuatu yang jarang dia lakukan karena biasanya terlalu sibuk atau terlalu malas untuk melakukannya. Sambil menikmati sarapan, Hania memikirkan rencana ke depannya. Dia tahu bahwa dia harus meningkatkan keterampilannya dan mencari peluang untuk masa depannya.
Langkah pertama yang diambil Hania adalah mendaftar kursus online yang berhubungan dengan kuliahnya. Sebagai seorang mahasiswa bisnis, Hania ingin mempelajari keahilan lain yang bisa dilakukan di sela-sela kesibukan kuliah.
Hania merasa bahwa dia perlu meningkatkan pengetahuannya tentang analisis data dan keterampilan teknis lainnya. Dengan mengikuti kursus, dia berharap bisa mendapatkan lebih banyak peluang untuk masa depannya nanti. Siapa tahu dia dapat bekerja atau memiliki perusahaannya sendiri nantinya.
Setiap hari setelah pulang kuliah, Hania menyisihkan waktu untuk belajar dan mempelajari skill baru dari kursus online, sesekali masih membantu bibinya dalam menyiapkan pesanan katering. Dia merelakan waktu luangnya yang biasa dihabiskan untuk menonton drama Korea atau sekedar berselancar di media sosial. Fokusnya kini beralih ke materi kursus dan tugas-tugas kuliah.
Awalnya, hal ini terasa sulit. Tetapi seiring berjalannya waktu, Hania mulai merasakan kepuasan dari pencapaian-pencapaian kecil yang dia raih. Setiap modul yang diselesaikannya, setiap konsep yang dipahaminya, memberikan rasa percaya diri yang perlahan-lahan kembali tumbuh di dalam dirinya.
Selain itu, Hania juga mulai mencari peluang kerja sampingan yang bisa menambah penghasilannya di luar jam kuliah yang padat. Dia tahu bahwa kondisi keuangan adalah salah satu faktor yang membuatnya merasa tidak yakin dan tidak percaya diri. Dengan tambahan penghasilan, Hania berharap bisa mengurangi beban keuangannya dan tidak lagi terlalu bergantung pada bantuan bibinya, meski dia tahu Bi Rini tidak pernah keberatan.