“Jika bisa memilih, aku berharap bukan kamu orang yang kucintai.” -Hania-
Bi Rini mungkin orang yang saat ini menjadi alasan pertama Hania malas berkuliah. Hal itu karena pesanan catering, sesuai ketakutan Hania, kue tersebut harus diantarkan ke perusahaan Dirga Corp. perusahaan Agas. Hania masih tidak ingin bertemu dengan pria itu. Setelah pertemuan yang berakhir di penthouse milik Agas, Hania mulai menghindari pria tersebut dengan mengabaikan semua pesan yang dikirim ke ponselnya.
Hania mencoba move on dan melupakan Agas, mereka tidak cocok dari segi manapun. Agas memang paling cocok bersanding dengan Danisa, mereka pasangan serasi.
Dengan malas Hania tetap mengantarkan pesanan katering kue Bibinya ke perusahaan itu sebelum masuk kuliah. Baru saja dia turun dari ojek online tepat di depan perusahaan, Hania melihat sebuah mobil melintas dari arah belakangnya. Saat ditengoknya, yang keluar dari mobil hitam super mewah itu adalah Agas, sepertinya Agas tidak melihat Hania berdiri di samping kantor satpam. Hania kembali memperhatikan pria yang tadi turun memutari mobilnya dan membuka pintu satunya, seorang perempuan keluar dengan anggun dari mobil.
Heels putih, dengan gaun warna krem lalu handbag warna senada. Fashion perempuan itu sederhana tapi terlihat mewah dan elegan. “Danisa memang selalu tampil cantik, mereka memang perfect couple.” ucapnya lirih.
Seorang satpam menghampiri Hania yang berdiri di dekat kantor keamaan, “Ada yang bisa saya bantu mbak?” tanyanya melihat Hania yang menenteng beberapa tas besar berisi kue kering.
“Iya Pak, saya mau mengantar pesanan katering untuk Bu Dewi–HRD.” Jawab Hania, langsung menyerahkan tas yang dibawanya ke satpam, setelah itu langsung pergi.
Hania cukup berjalan kaki 10 menit dari perusahaan itu ke kampus, cukup dekat, kan. Hari itu Hania melakukan kesibukan kuliahnya.
Setelah melihat pemandangan yang cukup membuat Hania tertampar kenyataan. Kabar gembira tiba-tiba datang. Sore itu di depan taman kampus ponselnya berbunyi, sebuah pesan berisi permohonannya untuk magang di salah satu perusahaan diterima.
Saking senangnya, Hania hampir saja menabrak Satria.
“Kamu kenapa, Han? Kayaknya lagi seneng banget.”
“Aku keterima magang di Bunko Publishing.” Hania menoleh ke arah sumber suara sambil tersenyum Hania langsung memeluk Satria.
Keduanya merayakan kebahagiaan bersama.
“Btw, kamu ngapain disini Sat?” Hania teringat kemunculan Satria yang tiba-tiba.
“Aku mau ketemu kamu,”
“Ketemu aku?”
“Kita ke kafe yuk, ngopi bareng sambil merayakan karena kamu ketrima di Bunko Publishing.”
Satria langsung menarik tangan perempuan itu dan mengajaknya ke kafe di dekat kampus tanpa menunggu persetujuannya.