Hania menatap mantab dirinya di cermin dengan balutan blazer berwarna krem dan celana putihnya. Tampilan formal yang rapi berharap bisa memberikan awal yang baik untuk dirinya. Pagi ini, matahari bersinar cerah, cahayanya seperti memberikan semangat bagi Hania yang berjalan menuju ke kantor Bunko Publishing, yaps, ini adalah hari pertama Hania mulai magang di perusahaan percetakan buku terbesar di Kota.
Perasaan gugup campur aduk ketika Hania tiba di Gedung pencakar langit tempat dirinya akan memulai pengalamannya sebagai seorang karyaman magang.
Meski begitu, rasa optimisme mengalir lembut dalam hatinya. Setelah sekian lama merasa terjebak dalam kehidupan yang monoton dan penuh dengan keraguan. Akhirnya, kini dia berhasil mendapatkan impiannya, bekerja di perusahaan besar, meskipun berawal dari magang.
Namun, Hania memiliki misi untuk bertahan apapun yang terjadi di perusahaan ini. Menjadi karyawan tetap adalah misi jangka pendeknya setelah masa magangnya selesai.
Hania yang biasanya introvert akan berusaha semaksimal mungkin untuk membaur dengan rekan kerjanya selama di kantor. Apapun itu, Hania tidak akan menyerah, tekadnya sudah bulat.
Karena ini adalah kesempatannya untuk membuktikan bahwa dirinya juga mampu melakukan hal yang terbaik. Dirinya juga pantas, jika sebelumnya dia selalu rendah diri saat dihadapkan dengan Agas dan Danisa, dengan begini fokus Hania akan teralihkan dari dua orang yang membuatnya merasa kerdil.
Setelah menarik nafas dalam-dalam, kaki Hania melangkah mantab untuk masuk. Baru saja dia masuk ke area kantor, Hania sudah dikejutkan dengan suasana kantor yang sangat sibuk. Semua orang terlihat begitu cekatan dengan pekerjaannya.
Bahkan, saat Hania hendak bertanya kantor HRD beberapa orang mengabaikannya karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga, ada salah seorang perempuan muda, mungkin usianya tak jauh dari Hania. Perempuan itu memakai kacamata bulat dengan rambut pendek yang digerai.
“Cari siapa?” tanyanya pada Hania.
Hania yang terkejut sesaat langsung menoleh ke arah sumber suara, “Saya mencari kantor HRD, saya Hania, karyawan magang.” Kata Hania sambil mengulurkan tangannya, namun dicuekan begitu saja oleh lawan bicaranya.
“Ikut saya,” kata perempuan itu.
Perempuan itu menunjukkan kantor HRD kepada Hania dan langsung meninggalkan Hania tepat di depan ruangan. Meski terkesan judes (aslinya memang judes sih.) Hania tetap berterimakasih padanya.
Tangan Hania mulai mengetuk pintu, satu, dua, hingga tiga kali ketukan baru terdengar orang di dalam mempersilahkan masuk.
“Selamat pagi, bu. Saya Hania, karyawan magang baru.” Ucap Hania ketika berada di dalam ruangan HRD.
Seorang wanita, mungkin usianya sekitar akhir tiga puluhan, melihat ke arah Hania lalu mengangguk, “Silahkan duduk.”