METAMORFOSA 2

Sri Maryani
Chapter #5

-Maura Sakit

Mobil merah milik Nata sudah terparkir dihalaman rumah Maura. Rumah baru Maura kini memiliki halaman yang luas. Terdapat taman kecil lengkap dengan ayunan seperti permintaan gadis itu. Mama dan papanya sungguh membuatnya bahagia.

Nata, Mia, dan Mira turun dari mobil disambut dengan kabar kurang baik dari pak Rano, satpam kompleks perumahan tempat Maura tinggal, "Nat, kok sepi? Maura nggak ada dirumah?" tanya Mia.

Nata mendongakkan kepalanya, melihat kearah kamar Maura yang berada dilantai atas, "Jendela kamarnya dibuka kok, kan tante Siska sama om Bagus nggak ada dirumah," jawab Nata sambil menunjuk jendela kamar Maura yang memang terbuka.

"Permisi, cari siapa ya adik-adik ini?" suara sahutan dari belakang membuat ketiga gadis itu menoleh dan mendapati satpam sedang memperhatikan mereka.

"Pak, kami cari Maura, temen kami yang tinggal disini," jawab Nata mewakili kedua temannya.

"Ohhh, yang tadi dibawa kerumah sakit?" tanya satpam itu lagi yang langsung membuat Mira menjatuhkan kue yang baru akan dimakannya.

"Rumah sakit??!!" ulang ketiganya bersamaan lalu saling pandang dengan raut panik.

Satpam itu mengangguk mengiyakan, "Tadinya mbaknya yang tinggal disini mengeluh sakit kepala lalu pingsan. Dan langsung dibawa kerumah sakit terdekat." jelas satpam itu lagi.

Nata yang mendengar itu langsung masuk kembali kedalam mobilnya diikuti Mia dan Mira. Tak lupa mereka mengucapkan terimakasih pada satpam yang telah memberitahu mereka.

Nata mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia tidak peduli pada klakson kendaraan lain yang memprotes aksinya. Begitu pula dengan Mia dan Mira yang tak kalah panik dengan ponsel yang terus menekan tombol memanggil pada nomer Maura. Namun tak ada jawaban. Tak ada yang mereka bertiga harapkan saat ini kecuali sahabatnya itu akan baik-baik saja.

Bersamaan dengan itu Vano yang saat ini masih berada disekolah setelah acara bazar selesai, juga tengah menghubungi Maura. Namun sama halnya dengan ketiga sahabat Maura, cowok itu juga tidak mendapatkan jawaban. Rasa cemas langsung menguasai Vano. Delapan panggilan dan puluhan pesan telah ia kirimkan, namun hasilnya nihil.

Damar yang telah siap pulang bersama kedua temannya pun menghampiri Vano, "Balik yuk, udah beres." ajak Damar.

Vano mengangguk tanpa mengucapkan apapun, membuat ketiga sahabatnya saling tatap bingung, "Kenapa tu anak?" tanya Bejo. Damar menggidikkan bahunya tanda tak tahu. Tak ingin berlama-lama mereka bertiga pun juga langsung menyusul Vano untuk pulang.

Suasana panik tak jauh berbeda dialami oleh Siska yang saat ini tengah duduk disamping ranjang putrinya, Maura. Ia langsung meninggalkan tokonya begitu mendapat telfon dari satpam kompleks yang memberitahukan bahwa Maura pingsan dan dibawa kerumah sakit.

Siska tampak menangis tertahan terlihat dari airmata nya yang jatuh namun tidak mengeluarkan suaranya. Ia mengelus lembut kepala putri semata wayangnya itu. Setelah kehilangan segalanya, Siska tampak telah melupakan bagaimana putrinya itu menjaga kesehatannya. Hasil yang telah diberikan dokter terkait kesehatan putrinya benar-benar menamparnya keras.

"Maafin mama ya nak, mama gagal jagain kamu," ucap Siska lirih sambil menahan air matanya.

"Tapi mama janji akan cariin kamu dokter terbaik supaya kamu sembuh. Mama akan jagain kamu mulai sekarang." tambah Siska.

Perlahan-lahan Maura membuka matanya. Rasa sakit di kepalanya masih terasa namun sebisa mungkin ia mengabaikannya. Pemandangan yang pertama kali Maura lihat adalah mamanya yang terlihat habis menangis.

"Mama kok ada disini? Maura ada dimana?" tanya Maura tak mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya.

Siska membantu Maura untuk bangun dari tidurnya, "Jangan banyak gerak dulu sayang, kamu ada dirumah sakit sekarang. Tadi pak Rano telfon mama katanya kamu pingsan," jelas Siska berusaha menutupi kesedihannya.

Maura tampak mengingat kembali apa yang bisa dia ingat, "Ohhh iya tadi itu kepala Maura sakit banget ma, abis itu Maura inget lagi," jelas Maura.

Siska yang mendengar itu mengalihkan pandangannya. Ia sungguh tak kuat dan tak tega mengatakan yang sebenarnya. Putrinya itu pasti akan sedih, "Kayaknya Maura kecapekan deh ma, apa kata dokter ma?" tanya Maura.

Bersamaan dengan berakhirnya pertanyaan Maura, Nata dan kedua temannya memasuki ruangan itu dengan heboh, "Maura, gwenchanayo?" tanya Mia.

"Ra, loe kenapa? kok bisa pingsan?" tambah Mira.

"Loe kenapa sih? selalu aja bikin orang khawatir? seneng loe bikin kita kehabisan nafas karna khawatir?!" berbeda dengan kedua temannya, Nata mengucapkan itu dengan nada hampir menangis.

Maura menatap ketiga sahabatnya sambil tersenyum, "Gue gakpapa kok, cuma pingsan. Gak usah lebay deh," jawab Maura santai.

Nata memicingkan matanya, "Loe bilang apa barusan? lebay? loe tau nggak kita bertiga hampir dikeja polisi dijalan? dan loe bilang kita lebay?! gila ya loe?!!" ucap Nata lalu pergi meninggalkan ruangan itu dengan emosi.

Siska yang melihat itu pun mengatur nafasnya, "Udah gakpapa, biar mama aja yang ngomong sama Nata ya. Mia sama Mira bisa jagain Maura disini?" pinta Siska pada kedua sahabat putrinya itu.

Mia dan Mira mengangguk lalu duduk disamping ranjang Maura setelah Siska meninggalkan kursinya. Maura menatap kedua sahabatnya lekat, "Nata kenapa sih? lagi PMS ya?" tanya Maura.

"Ra, loe nggak seharusnya ngomong kayak tadi. Kita tu khawatir banget sama loe," jelas Mia.

"Kita langsung kesini setelah dikasih tau sama satpam kompleks loe tadi," tambah Mira.

"Tadi kalian kerumah?" tanya Maura yang langsung dijawab anggukan dari keduanya.

"Tapi loe beneran gakpapa kan?" tanya Mira kembali memastikan.

Maura menjawab hanya dengan anggukan. Ia hanya merasa tubuhnya kelelahan akhir-akhir ini. Hanya itu.

Nata terduduk sendirian dibangku taman rumah sakit. Ia mencoba mengatur nafasnya yang naik turun karna emosi. Siska menepuk pundak sahabat putrinya yang sudah dianggap anaknya sendiri itu.

Merasa ada sentuhan lembut dipundaknya, Nata menoleh sambil tersenyum. Ia menggeser duduknya agar Siska bisa duduk disampingnya, "Maafin Maura ya, dia pasti udah bikin Nata marah," ucap Siska.

Lihat selengkapnya