METAMORFOSA 2

Sri Maryani
Chapter #6

-Semua Tidak Seperti Biasanya

Cause ah, ah, I'm in the stars tonight 🎶

So watch me bring the fire and set the night alight 🎶

Shining through the city with a little funk and soul 🎶

So I'ma light it up like dynamite, woah 🎶

Dynnnnnanana, life is dynamite 🎶

Dynnnnnanana, life is dynamite 🎶

Shining through the city with a little funk and soul 🎶

So I'ma light it up like dynamite, woah 🎶

Lagu berbahasa Inggris itu telah Maura putar lebih dari dua puluh lima kali melalui playlist ponselnya. Lagu yang dinyanyikan oleh suara emas boyband asal Korea Selatan, BTS itu telah Maura hafal di luar kepala hanya dalam waktu semalam.

Tadi malam, sahabatnya Mia mengirimkan sebuah file padanya. Dan lagu itu adalah isinya. Lagu berjudul Dynamite itu mampu membangkitkan semangat gadis itu.

Setelah pulang dari rumah sakit kemarin, tubuhnya sangat lemas. Bahkan kemarin pun Maura sampai tidak mengantarkan ketiga sahabatnya Mia, Mira, dan Nata kedepan rumah selepas mengantar Maura pulang.

Maura tengah bersiap untuk berangkat ke sekolah hari ini. Ia sedang duduk didepan cermin sambil memperhatikan raut wajahnya yang masih terlihat pucat. Maura sendiri merasa tubuhnya memang tidak baik-baik saja.

Maura mulai mengalihkan pandangannya ke poster yang terpasang ditembok kanan meja belajarnya. Poster bergambar peta Negara impiannya, Korea selatan.

Semenjak usianya menginjak 18 tahun, Maura suka akan hal-hal yang berbau Korea. Mulai dari bunga sakura, kpop, hingga drama korea. Universitas Konkuk yang terkenal di Seoul adalah tujuannya setelah lulus SMA.

Ceklek. Terdengar pintu kamar dibuka dari luar. Maura terkejut lalu menoleh kearah sumber suara. Senyum mengembang diwajah gadis itu ketika melihat sang papa memasuki kamarnya.

"Papa, kok papa udah pulang? bukannya masih seminggu lagi di Riau?" tanya Maura pada papanya. Beberapa hari yang lalu Bagus berpamitan ke Riau karna ada tugas dari kantor disana.

Bagus tersenyum tipis, "Iya sayang, pekerjaan papa sudah selesai, jadi papa bisa pulang lebih cepat. Kamu mau berangkat sekolah? mau papa antar?" tawar Bagus.

Maura terdiam sebentar. Ada yang berbeda dengan papanya. Papanya terlihat sedang mencemaskan sesuatu, "Pah, papa nggakpapa? ada masalah ya di kantor? kok papa keliatan cemas gitu?" tanya Maura.

Bagus memang salah jika harus menyembunyikan kekhawatirannya. Kekhawatiran tentang putri tunggalnya itu. Semalam, Siska, istrinya menghubunginya guna memberitahu akan penyakit Maura.

Saat itu juga, Bagus lemas. Putrinya yang ceria itu sakit. Sesaat setelah istrinya menelfonnya, Bagus langsung meminta ijin kepada atasannya untuk pulang ke Jakarta lebih awal.

Bagus menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis, "Enggak, papa baik-baik saja. Pekerjaan di kantor juga lancar. Kamu tidak perlu khawatir, " jawab Bagus.

"Ra, Vano sudah ada didepan, " panggilan mamanya membuat Maura mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut.

"Ohh, iya ma. Maura turun sekarang, ayo pa. " ucap Maura sambil memakai tas di punggungnya.

Siska yang tau putrinya tidak akan sempat sarapan pun, segera menyiapkan bekal untuk Maura. Tak lupa Siska juga menyiapkan bekal makanan untuk Vano, "Ra, ini mama siapkan bekal. Kamu nanti harus makan ini ya. " ucap Siska sambil memasukkan kotak makan itu kedalam tas Maura.

Lihat selengkapnya