METAMORFOSA 2

Sri Maryani
Chapter #3

-Seperti Film Dewi Lestari

Halaman sekolah SMA Taruna telah penuh dengan berbagai macam persiapan bazar. Semua orang tampak sangat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Termasuk Maura yang saat ini terlihat sedang melakukan briefing dengan tim nya.

Bu Rani telah membentuk panitia menjadi beberapa tim agar persiapan bazar yang mendadak ini dapat selesai dengan matang tepat waktu.

Kali ini SmA Taruna mengangkat tema Korean Festival bertajuk "Memory in My School". Semua yang akan mereka pamerkan disini bertemakan Negeri Gingseng,Korea.

Seperti stand makanan, stand buku, bahkan yang membuatnya benar-benar terlihat seperti Negeri Gingseng adalah akan ada spot foto yang telah disediakan. Pengunjung dapat menyewa hanbok, pakaian khas orang untuk membuatnya terlihat nyata.

Berbeda dengan Maura yang sibuk briefing bersama teman-teman tim nya, Vano sedang memperhatikan gadis itu sambil tersenyum kecil. Mungkin benar Vano bukanlah tipe cowok yang akan peka dengan keadaan, namun sejujurnya saat ini ia juga tengah mencari cara agar hubungannya dengan Maura kembali membaik.

Setelah kejadian ia terlambat menjemput gadis itu dan berujung Maura yang pergi ke sekolah naik angkot seorang diri, Vano mulai sibuk mencari tahu dimana letak kesalahannya. Ia yakin betul kesalahannya bukan hanya karna ia tidak bisa mengantarkan gadis itu pergi ke perpustakaan umum, tapi juga dengan hal lain.

Damar, Bani, dan Bejo yang memang satu tim dengan Vano, menghampiri cowok itu ketika tau suasana hati dan otak sahabatnya itu sedang tidak sinkron.

Damar menepuk pundak Vano pelan, " Aduhh, capek gue lama-lama liat loe kayak gini Van. Maju dong! mau sampe kapan loe jalan ditempat terus," ucap Damar.

Vano menatap sahabatnya itu datar. Ingin sekali rasanya Vano membungkam mulut Damar agar bocah itu berhenti mendesaknya.

" Lhaa emangnya loe belum ada rencana untuk nyatain perasaan loe Van? mau sampe kapan loe pendem terus?," tambah Bejo.

Vano hanya menghela nafasnya kasar. Ia benar-benar bingung juga dengan perasaannya sendiri. Tidak tau mengapa kali ini begitu sulit. Padahal dulu sewaktu dia ingin menyatakan perasaannya pada Marry, tidak ada keraguan secuil apapun. Ini benar-benar awal baginya.

" Kalian coba deh diposisi gue. Kalian enak gak ada perasaan apa-apa sama Maura? lha gue?," telak Vano.

Kini giliran mereka bertiga yang terdiam. Vano benar, mereka memang tidak ada di posisi Vano, " Bukan gitu maksud kita Van, kita cuma mau loe percaya sama diri loe sendiri. Jangan cuma karna kakak loe mantannya Maura dan loe tau kalau dia bakalan ngejar Maura lagi, loe jadi nggak percaya sama diri loe sendiri," jelas Bani.

Vano memandangi satu persatu sahabatnya. Vano sangat bersyukur memiliki mereka. Vano bahkan tak menyalahkan mereka jika memang mereka mendesaknya untuk menyatakan perasaannya. Namun sayangnya semuanya memang sulit dan tidak begitu mudah.

Vano kembali mengalihkan pandangannya pada Maura. Gadis itu adalah pemilik hatinya sekarang. Namun tidak tau mengapa keberadaan sang kakak membuatnya ragu. Menyatakan perasaannya pada Maura menjadi begitu rumit baginya.

Begitu banyak hal-hal yang Vano takutkan. Termasuk ketakutannya jikalau Maura masih mempunyai perasaan pada kakaknya.

" Yaudah deh gue balik ke habitat dulu ya. Masih banyak yang harus dikerjain. Nanti bu Rani marah-marah lagi. Ehh satu pesen gue Van, kita bertiga nggak mau terlalu ikut campur sama masalah pribadi loe, tapi kita peduli sama loe. So, apapun keputusannya loe, kita pasti bakalan dukung. Jadi jangan sungkan juga untuk berbagi masalah loe sama kita," tambah Bejo bijak sebelum ia meninggalkan tempatnya.

" Gue juga ya, ada banyak tugas yang belum selesai. Tambahan dari gue Van, masalah loe itu masalah kita juga. Loe harus inget itu. Jo, tungguin gue." Bani ikut menambahi.

Kini hanya tersisa Vano dan juga Damar. Selama beberapa detik tidak ada percakapan diantara keduanya hingga akhirnya Vano mengajukan pertanyaannya, " Dam, apa gue salah kalau gue tetep pendem perasaan gue ini? gue cuma takut Dam," ucap Vano jujur.

Damar menoleh kearah Vano sambil tersenyum simpul, " Gini, loe pernah nonton film Dewi Lestari Rectoverso "Cinta Yang Tak Terungkap" nggak? di film itu loe bakalan tau jawaban dari pertanyaan loe," jawab Damar.

Vano menatap Damar bingung, " Film apa tuh? sejak kapan loe suka nonton film drama romance kayak gitu?," tanya Vano.

Damar tertawa sebentar, " Loe tau kan nyokap gue drama banget? gue tau dari nyokap yang tiap malem nangis karna film romance. Awalnya gue ragu mau nonton tapi setelah gue nonton, gue bener-bener meresapi film ini," jelas Damar.

Vano hanya memandang salah satu sahabatnya yang bijak itu guna mengizinkannya melanjutkan ceritanya, " Van, gue, Bani, sama Bejo emang gak tau gimana rasanya ada di posisi loe. Tapi saran gue, loe coba deh nonton film ini. Dari film ini loe bakalan tau kalau cinta sejati yang tak terungkap adalah salah satu bagian cinta yang tulus. So, loe harus berani ungkapin perasaan loe supaya cinta yang tulus itu jadi sebuah cinta yang sempurna," tambah Damar.

" Kita bertiga cuma bisa ngedukung loe Van. Kita nggak mau loe nyesel. Seperti kata loe, jangan pernah takut sama sesuatu yang belum tentu terjadi. Takut itu bukan sifat loe banget Van. Loe harus bisa ambil keputusan." tukas Damar dengan senyumnya lalu pergi meninggalkan Vano kembali pada tugasnya.

Vano yang sedari tadi mendengarkan Damar pun hanya melihat langkah Damar meninggalkannya. Lagi-lagi Vano hanya bisa menghela nafasnya sambil memandangi sosok gadis yang telah dicintainya itu.

Lihat selengkapnya