"Iya sebentar!," teriak Maura pada tamu yang seperti tidak memiliki kesabaran,karna sedari tadi bel rumahnya terus berbunyi.
"Maura pelan-pelan teriaknya!," teriakan mamanya membuat Maura bertambah kesal.
"Mama apa an sih,mana ada teriak tapi pelan-pelan.Kalau pelan-pelan namanya bisik-bisik!."
Maura pun segera membuka pintu.Diluar telah berdiri seorang cowok yang membelakanginya.Maura berfikir,dia adalah kolega papanya yang akan segera mengusirnya.
"Cari siapa? oh saya tau,anda pasti kolega papa saya yang mau ngusir kami dari rumah ini kan?.Tenang pak,kita lagi beres-beres kok,nggak sabaran banget!," semprot Maura hingga kemudian cowok itu membalikkan tubuhnya.
"Wait wait,tapi kolega papa bukan bocah kayak loe,loe siapa?," tanya Maura.
Namun bukannya menjawab,cowok itu malah menunjukkan sebuah kunci mobil, "Ngapain sih loe? loe siapa? nyari siapa disin?!," tanya Maura jengkel.
"Gue mau angkut barang!," ucapnya dingin.
"Ohhh tukang angkut barang,bilang dong.Tuh sebagian barangnya udah siap,"
"Siapa Ra?," teriak Siska dari kamarnya.
"Tukang angkut barang ma," balas Maura.
Cowok itu pun langsung masuk dan mengangkut barang bawaan yang sudah ditata rapi oleh Bagus.
Sebelum keluar,ia memajukan wajahnya pada Maura hingga membuat Maura mengundurkan wajahnya, "Gue.bukan.tukang!." ucapnya penuh penekanan pada setiap kata-katanya.
Maura menjadi takut.Tatapannya tajam.Dasar cowok GaJe (Gak Jelas)
Maura yang hendak kembali ke kamarnya untuk membereskan barang yang masih tersisa pun,menghentikan langkahnya lantaran dipanggil oleh mamanya, "Ra,mana tukang angkut barangnya?," tanya Siska.
"Tuh,lagi angkut-angkut barang,nah tuh orangnya!," ucap Maura pada cowok itu yang terlihat kembali dibalik pintu.
"Astaga Vano! kok kamu yang angkut in barang?," tanya Siska terkejut.
Cowok yang ternyata bernama Vano itu ternyata dekat dengan mama Maura.Ia pun langsung menghampiri Siska lalu mencium punggung tangan kanan Siska, "Iya tante,soalnya bapak lagi ada pengajian dirumah tetangga," jawabnya sopan.
"Ohhh gitu,maaf ya sudah merepotkan,"
"Nggakpapa tan,"
"Mama kenal sama tukang ini?," tanya Maura.
"Hushhh,sembarangan kamu,ini Vano,anaknya bi Ratih.Dia ini kelas 2 SMA juga,seumuran sama kamu," jelas Siska.
"Ohhh anak pembantu,"
"Maura! gak boleh kayak gitu,kita itu udah merepotkan Vano.Dia pasti juga lagi belajar dirumah," ucap Siska pada Maura.
"Maaf ya Vano,Maura anaknya memang ceplas-ceplos,"
"Gakpapa tan,ini barangnya udah semua?," tanya Vano.
"Udah,tante tinggal lagi ya," pamit Siska yang dijawab anggukan oleh Vano.
Maura memperhatikan penampilan Vano dari atas sampai bawah kemudia kembali keatas lagi.Lumayan ganteng,pikirnya.Vano yang merasa risi diperhatikan oleh Maura pun membalas tatapan Maura.
"Ngapain loe ngeliatin gue?," tanya Maura.
"Bukannya elo yang dari tadi ngeliatin gue?,"
"Gr banget sih loe!,"
"Terserah deh.Orang kaya emang egonya tinggi!," ucap Vano sambil tersenyum lalu melangkahkan kakinya dengan kardus besar ditangannya.
"Ngomong apa loe barusan?," teriak Maura.
"Vano menghentikan langkahnya lalu menengok kearah Maura, "Orang yang udah hancur aja masih bisa sombong,apalagi yang masih sempurna!."
Jleb.Dalam.Kalimat Vano membuat Maura membisu.Vano pun kembali melanjutkan langkahnya.
Alvano Candra Bramanta.Artinya pengembara bulan yang percaya diri.Putra tunggal dari keluarga yang sederhana.Seperti yang Maura katakan wajahnya tampan,namun dingin.Bangak kisah yang telah dijalaninya.
Sejak ia lahir,ia tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya.Kini ia tinggal dirumah yang sederhana bersama ibu dan ayah sambungnya.Ibu Ratih atau sering dipanggil bi Ratih adalah pembantu dirumah Maura yang datang pagi dan pulang malam ketika pekerjaannya telah selesai.