Taksi berwarna biru itu berhenti didepan pagar berwarna hijau yang sudah terlihat luntur dari warna tebalnya.Siska dan Maura turun dari dalam taksi itu.Siska menatap putrinya yang terlihat kebingungan dengan dibawanya ia kemari dengannya.
Maura menatap sisi demi sisi bangunan yang bertuliskan "SMA Taruna" dipapan yang tergantung dibagian atas.Tadi,saat selesai sarapan Siska menyuruhnya untuk mandi dan berganti pakaian seragam sekolah.Padahal hari ini ia masih dalam masa per-skors-an dari sekolahnya.
"Ma,ini sekolahan siapa? kita ngapain kesini?," tanya Maura.
Siska menghembuskan nafas perlahan lalu menatap Maura.Ia harus bisa menjelaskan dengan baik kaitan tujuannya mengajak Maura kesini.
"Ra,mulai sekarang kamu akan bersekolahan di SMA ini," ucap Siska terus terang.
Maura tampak kaget dan matanya mulai berkaca-kaca, "Emangnya kenapa sama SMA Maura yang sekarang?," tanya Maura.
"Sayang,keadaan kita udah beda dari yang dulu,kamu tau itu kan?!,"
Maura menelan ludahnya dengan susah payah, "Jadi..selain Maura kehilangan rumah itu,Maura juga harus kehilangan sekolah,temen,gitu ma?,"
Siska menganggukkan kepalanya.Ia tau ini pasti lebih berat untuk Maura,tapi ini adalah jalan yang terbaik.Ekonomi mereka sangat sangat kurang sekarang.Ia tidak mau membebani suaminya lebih berat lagi.
Siska yakin,Maura akan mengerti seiring berjalannya waktu,bahwa semuanya tidak lagi sama.Mereka harus membiasakan diri pada hal-hal baru.Hal baru yang berbeda.
"Kita masuk sekarang ya,ayo." ajak Siska pada Maura sambil merangkul pundak Maura.
Maura melangkahkan kakinya dengan berat memasuki halaman sekolah swasta itu.Suasana nya sangat berbeda dari sekolah yang dulu.Disini terlalu sepi.Tidak ada kumpulan anak-anak dijam-jam pelajaran.
Maura yakin,sekolah ini sangat taat terhadap peraturan.Maura dan mamanya menyusuri koridor sekolah itu,hingga akhirnya mereka menemukan ruangan yang bertuliskan R.Kepala Sekolah.Sebelum mereka menyusuri koridor tadi,Siska sudah meminta izin pada guru piket untuk menemui kepala sekolah.
Siska mengetuk pintu itu hingga terdengar sahutan "masuk" dari dalam.Maura tampak masih ragu,namun mamanya tersenyum dan menguatkan tekadnya.
"Permisi bu,"
"Ohh iya,silahkan duduk,"
Siska mengajak Maura duduk di kursi yang telah disiapkan, "Ehm jadi begini bu,saya ingin mendaftarkan putri saya untuk bersekolah disini," jelas Siska pada bu Rani,kepala sekolah SMA Taruna.
Bu Rani menatap Maura yang dijawab sebuah senyuman oleh Maura, "Ohh bisa bu,ini putrinya?," tanya bu Rani.
"Iya bu,ini putri saya,Maura," jawab Siska.
"Kalau begitu,isi biodata pendaftaran dulu ya,saya ambilkan dulu." ucap bu Rani lalu meninggalkan tempatnya.
Tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk oleh seseorang,lalu muncullah Vano dibalik pintu membawa sebuah map, "Tante Siska,Maura?!," Vano terlihat kaget dengan kehadiran Siska dan Maura disekolahnya.
Siska berdiri dari tempat duduknya, "Vano! akhirnya tante ketemu sama kamu,"
Mendengar mamanya berbicara seperti itu,Maura terlonjak kaget, "Jadi mama masukin aku kesekolah ini,karena ada cowok gak jelas ini disekolah ini?," tanya Maura.
"Ra,bukan begitu,Vano ini anak yang baik.Dalam keadaan seperti sekarang ini,cuma Vano yang bisa mama percaya untuk jagain kamu," jelas Siska pada Maura.
"Vano?!," panggil bu Rani pada Vano yang terlihat sedang berbincang dengan tamunya.
"Bu,ini saya bawa laporan rapat osis kemaren," ucap Vano kembali pada tujuan awalnya pergi keruang kepala sekolah.
"Ohh begitu,terimakasih ya," ucap bu Rani menerima map pemberian Vano.
"Ohh iya Vano,ini Maura,dia siswi baru disekolah kita.Kamu ibu beri tugas untuk antar Maura mengenal lingkungan sekolah hari ini," jelas bu Rani.
Vano dan Maura saling berpandangan, "Tapi bu,saya ada pelajaran dikelas," ucap Vano seperti menghindar.
"Nanti biar ibu yang ijinin kamu dari kelas.Lagipula hanya untuk hari ini,untuk tugas kamu nanti bisa bertanya pada temen sekelas," jawab bu Rani sambil duduk kembali dikursinya.
"Nah,Maura,ini Vano,dia ketua osis di sekolah ini.Kamu bisa ikut dia untuk keliling-keliling sekolah," jelas bu Rani.
Maura menoleh kearah mamanya yang langsung mendapat anggukan oleh Siska.
"Terimakasih bu,permisi." pamit Maura dan Vano bersamaan.
Maura mengikuti Vano dibelakangnya sambil mendengarkan apa yang Vano katakan.Sambil sesekali Maura melihat sekeliling.Sampai akhirnya Maura berhenti disebuah ruangan yang sepi.Maura tidak tau ruangan apa itu.Yang jelas,ruangan itu sepi,tidak seperti ruangan lain yang ramai.
Maura menengok kedalam ruangan itu melalui jendela dengan kaki berjinjit.Vano yang tidak melihat Maura berjalan dibelakangnya pun,mencari dimana keberadaan gadis itu.Sampai akhirnya,pandangannya melihat Maura berjinjit-jinjit mengintip ruang mading.Vano pun menghampiri Maura.
"Ngapain jinjit-jinjit gitu? udah tau pendek,gak bakat ngintip-intip," Maura terkejut dengan keberadaan Vano yang sudah tiba-tiba ada disampingnya.
"Ini ruangan apa? kok sepi?," tanya Maura penasaran.
"Ini ruang mading.Emang udah lama kosong.Gak ada anak yang mau handle ekstra mading," jelas Vano.