"Ada apa mbak?" Tanyaku pada tetangga kos dengan melongokan kepala tanpa mau repot-repot keluar.
"Itu dek ibu kost, kan beliau baru pulang dari luar kota beberapa hari yang lalu, katanya positif covid." Jawabannya dengan sedikit gemetar dan samar karena pengaruh masker yang ia kenakan.
Sontak aku sangat kaget mendengar berita tersebut, pasalnya tadi malam selepas shalat isya aku membayar uang kost untuk dua bulan kemudian. Karena takut terpakai jika aku simpan terus ditanganku. Bisa-bisa aku terusir dari tempat ini. Sebelum mendapatkan pekerjaan.
Pantas saja semalam aku agak demam. Semoga tidak berkelanjutan, gumamku dalam hati. Tak lama kemudian mbak Widi tetangga kostku itu berjuar kembali dengan panjang lebar.
"Kita kedatangan tim SATGAS, dan semua penghuni kosan ini akan di Swab massal. Kamu siap-siap gih, jangan lupa pakai masker. Kamu, lagi keadaan kayak gini masih saja abai tidak pakai masker!" Ujarnya sambil berlalu dari hadapanku.
Aku hanya tersenyum ironi mendengar penuturannya. Toh aku tidak pakai masker karena hanya melongokkan kepala saja. Aku bukan abai enggan mengenakan masker, hanya saja aku cuman melongokkan kepalaku. Itu pun karena terburu-buru saking penasarannya, siapa tahu kan ada pria tampan sedang mencari jodoh di tengah pandemi. Maklum lagi galau nungguin panggilan kerja, namun nyatanya hanya tim SATGAS yang membuat huru hara.
Dengan sigap aku memukul kepalaku pelan, karena mengeluarkan pemikiran tidak tepat di saat genting. Ketika tetanggaku berlalu, kemudian aku masuk kedalam kamar kost dan menutup pintu dengan rapat.
Memikirkan diriku yang telah berinteraksi dengan orang yang terkena covid. Tubuh ini seketika terasa lemas, pusing, dada terasa sesak. Dan aku teringat sebelum keluar tadi ketika mencatat resep, aku sedang merendam pakaian dengan pewangi.
Dengan langkah gontai aku berjalan menuju kamar mandi untuk menjemur pakaian. Aku merasa aneh kenapa tidak bersemangat semenjak mendapat kabar ibu kost positif covid. Selang beberapa menit, aku sangat kaget mendapati pakaianku yang tidak tercium aroma pewangi. Padahal tadi rasanya aku banyak menuangkan pewanginya.
Dengan penasaran aku menuangkan kembali pewangi kedalam ember pakaianku yang sedang terendam. Namun masih saja belum tercium aroma apapun, semakin kaget dan panik. Ada apa denganku? Pikirku dalam hati.