Bel tanda istirahat berbunyi. Setelah mengumpulkan latihan soal kepada ketua kelas, para murid berhamburan keluar kelas. Guru fisika tidak masuk dan hanya memberi tugas.
Aku dan ketiga sahabat tercinta sedang asyik mengobrol. Awan tiba-tiba menghampiri meja kami. Bulan langsung heboh, mencubit-cubit lengan Bintang yang cuek saja.
Awan menyodorkan buku paket Fisika. Dia memang meminjamnya tadi. Katanya, dia maupun Surya sama-sama lupa membawa buku.
Aneh memang, kenapa harus meminjam kepadaku? Bukankah lebih baik dia meminjam dengan murid yang tempat duduknya lebih dekat?
“Ini buku yang kupinjam tadi. Terima kasih, ya, Bianglala.”
"Ya!" sahutku ketus.
Awan seolah tak menyadari kekesalanku dengan cepat berlalu setelah mengembalikan buku. Beberapa cewek mengekori langkahnya. Mereka pasti mau menonton Awan bermain basket. Dua hari lalu, Awan memang menunjukkan bakatnya di bidang olahraga.
Aku mendesah berat. Sejak insiden keceplosanku di hari pertamanya di kelas, dia terus memanggilku dengan nama lengkap, Bianglala. Ingin sekali menggeplak kepalanya, tetapi masih sayang nyawa, salah-salah bisa diamuk penggemar Awan.
“Kamu kenapa, La? Keliatan bete banget,” celetuk Sekar.
Aku tak menyahut karena masih dongkol. Sekar terus menatap lekat, membuat risih. Bahkan, Bulan jadi ikut-ikutan memelototi.
Ish! Mereka berdua jadi kayak emak-emak lagi interogasi anak aja. Orang lagi malas ngomong malah dipaksa!
“Anak baru itu memanggilnya dengan nama lengkap.”
Suara datar Bintang mengagetkan Sekar dan Bulan. Keduanya segera menatapku heran, seolah tak percaya pada ucapan si juara kelas.
“Kamu ngasal deh, Bin. Masa Lala bete hanya karena masalah itu.” Tawa Bulan pecah.
Aku mendelik. Ini bukan masalah sepele. Sejak sekolah dasar, aku telah menjadi bulan-bulanan karena nama itu. Bulan pun dulu pas SMP ikut tertawa bersama teman lain sewaktu mendengarkan namaku.
Ck! Bisa-bisanya dia lupa!
"Beneran, La?"
"Iya, kenapa?"
Bulan menutup mulutnya. Matanya membulat lebar.
Ish! Kebanyakan drama!
“Ya ampun, Lala. Beneran cuma karena masalah itu? Cuma karena dipanggil Bianglala?”