“Jia....” Teriak seorang teman.
Itu namaku yang orang itu sebutkan sambil berteriak memanggilku dari jarak jauh, aku heran dengannya sangat-sangat heran, mau tahu kenapa? Dia terlalu percaya diri hingga membuatku malu. Dia berdiri di lorong sekolah yang dipenuhi para siswa laki-laki berjalan santai sambil meneriakkan namaku, semua siswa laki-laki melihatnya dan pastinya mendengar suaranya yang keras mengalahi toa.
Dengan sabar aku tidak berkomentar, saat dia mendekat kutahan rasa malu ini dan mendengarkan setiap ocehannya yang baginya adalah sebuah cerita indah tentang kisah cintanya. Aku tersenyum agar dia merasa senang. Nama temanku itu Kenya, wanita berkepribadian ceria yang penuh tawa dan mudah berbunga-bunga hanya dengan pujian murahan dari para pria. Sering menangis di depanku tapi tidak pernah menangis di depan umum atau di depan teman-teman lainnya juga tidak di depan pacarnya sekalipun. Hanya aku baginya tempat yang nyaman untuk mencurahkan kesedihannya.
Aku tidak mau menceritakan lebih banyak tentangnya, sudah sering dia menjadi bahan pembicaraan banyak orang dari positif maupun negatif, itu bukti seberapa populernya Kenya di sekolah. Sudah populer, berpacaran pula dengan cowok populer, anak pemain sepak bola seorang striker andalan yang menempati stop skorer pertama Daud namanya. Daud dan Kenya telah berpacaran sedari duduk dibangku SMP. Dijuluki sebagai pasangan emas karena keduanya saling melengkapi satu sama lain. Kenya yang pintar dan Daud yang Keren. Orang-orang membicarakan jika mereka menikah dan punya anak maka anak itu akan menjadi bibit unggul. Menurut pewarisan sifat genetika kecerdasan ibu akan menurun ke anaknya dan secara fisik akan menuruni ayahnya.
Sudahlah jangan membahas mereka lagi, aku akan memperkenalkan diri. Namaku Jia Averoes dan perlu di tekankan aku adalah wanita. Nama ini akan membuat orang berpikir bahwa aku seorang pria. Dan aku akan memakluminya tidak bisa disangkal nama Jia digunakan untuk uni sex dan nama belakangku Averoes diambil dari nama tokoh Islam terkemuka ialah seorang pria, filsuf dan ilmuwan berpengaruh dari Andalusia.
Aku anak SMA yang dua tahun lagi akan masuk Kuliah, menjadi mahasiswa merupakan keinginan anak SMA yang merasa terkekang dengan aturan sekolah yang begitu ketat, mulai dari pakaian yang diatur, sepatu, bahkan untuk laki-laki rambut pun diatur tidak boleh melebihi 3cm rambut atas, 2cm rambut belakang dan 1 cm rambut samping.
Menjadi mahasiswa berarti mereka adalah orang dewasa, dan menjadi orang dewasa akan membuat kita punya kuasa untuk itu siswa SMA sangat ingin menjadi mahasiswa. Bagaimana tidak, begitu banyak larangan dan tuntutan orang tua membuat mereka merasa terbelenggu dan tidak bisa menikmati kebebasan masa muda.
Hari ini disekolahku akan ada acara perayaan apresiasi untuk murid berprestasi yang telah berhasil mengharumkan nama sekolah sampai ke tingkat nasional. Mereka orang-orang jenius yang IQ nya diatas rata-rata. Dan aku tidak peduli, mau IQ mereka mengalahkan Albert Einstein sekalipun itu bukan urusanku toh aku tidak mendapat keuntungan apa-apa dari mereka. Akademik pun bukan bidang yang kukuasai hanya sastra yang akan membuatku antusias.
Kenya menarikku, membawaku masuk ke aula sekolah mencari bangku untuk duduk manis di tengah desakan siswa lainnya. Beberapa menit lagi acara akan segera dimulai para senior yang bertugas sudah berteriak-teriak menyegerakan para siswa untuk segera masuk ruangan dan duduk diam tanpa bersuara. Acara dimulai suara moderator terdengar begitu jelas dengan mic yang terhubung sound system berkualitas yang tepat ada disampingku.
“Sorry Jia, gw tadi gak ke pikiran ama sound systemnya, asal ngajak duduk,” ucap Kenya yang merasa bersalah.
Aku tersenyum tipis, lagi pula memang mau duduk dimana lagi semua kursi sudah penuh acara pun sedang berlangsung. Jika pindah para senior akan marah karena merasa acara mereka tidak dihargai. Acara apresiasi ini diisi oleh kelas 12 yang angkatannya terkenal dengan orang-orang jenius. Mereka punya banyak siswa yang memiliki julukan dari nama- nama penemu ada yang dijuluki Alexander Graham, Galileo Galilei, James Watt, Maria Beasley, Maron Donovan dan ada juga yang tidak tergolong murid jenius tapi julukannya Isaac Newton, dia perempuan yang rambutnya dan perawakan wajahnya mirip dengan tokoh tersebut.
Setelah sambutan yang panjang akhirnya masuk ke sesi pemberian apresiasi dari kepala sekolah. Banyak siswa yang mengeluarkan handphone nya untuk mengambil foto para sang juara. Termasuk orang yang duduk di sebelahku ini siapa lagi kalo bukan Kenya. Dengan semangat Kenya memotret mereka dan sambil menjorokkan badannya ke depan.
Kenya menunjukkan hasil fotonya kepadaku dan menceritakan salah satu orang yang ada difoto tersebut.
“Jia liat deh, dia namanya Allan Dariush Raza dijuluki Avicenna Nusantara, dia pinter banget persoalan ilmu kedokteran bahkan katanya dia udah baca buku The Canon of Medicina karyanya Avicenna. Dan yang lebih kerennya lagi nyokapnya sahabat nyokap gw,” ucap Kenya dengan penuh semangat dan bangga.
Lagi-lagi aku hanya tersenyum tipis kepadanya. Aku tidak peduli apa yang dia katakan. Mau setampan apapun orangnya ataupun sepintar apapun Allan Dariush Raza jika orang itu tidak ada hubungan denganku. Aku tidak peduli.
Aku dan Kenya sudah berteman cukup lama, waktu tidak membuat kita selaras. Kepribadiannya yang ektrovert dan aku yang introvert membuat kami saling melengkapi tapi sulit untuk saling mengerti satu sama lain. Kita juga tidak memiliki kesukaan yang sama. Aku berpikir mungkinkah kita akan terus berteman atau suatu hari nanti ada hal hebat yang akan menghalangi.
***
Minum susu hangat, dimalam yang dingin ditemani bintang-bintang besar yang terlihat kecil, bulan memancarkan cahayanya yang didapatnya dari matahari, suhu udara hari ini dipengaruhi oleh pergerakan angin monsun Australia tak heran tekanan udara di perkotaan menjadi tinggi. Diseruputlah susu ini kukira sudah berkurang panasnya ternyata lidah masih bergetar menyentuhnya. Dengan refleks aku meniup susu ini, otak ini mengingat sesuatu, katanya kita tidak boleh meniup susu karena tiupan ini mengandung banyak bakteri. Aku pun berhenti.
Menyalakan musik instrumen biola membantuku menulis puisi-puisi indah yang mengandung curahan hatiku. Namun, sulit terserap maknanya oleh orang lain. Hanya aku yang mengerti arti tulisan ini. Si Introvert sepertiku memiliki kesulitan dalam mengeluarkan pikiran menjadi ucapan. Aku pikir berteman dengan Kenya akan membantuku agar tertular kepintaran bicaranya, ternyata tidak, sampai sekarang pun berbicara panjang tanpa persiapan adalah kesulitan bagiku.
***
Di kelas 11 masih saja ada guru yang selalu menanyakan tentang cita-cita siswanya. Mungkin mereka bermaksud baik agar kami selalu ingat dengan apa yang dicita-citakan. Sayangnya bagi para siswa cita-cita yang mereka katakan hanyalah sebuah kata yang tak memiliki makna bagi siswa itu sendiri. Mereka bukan tidak percaya dengan cita-cita, lebih tepatnya sebagian dari mereka masih belum tahu apa yang mereka inginkan dimasa depan dan menikmati hari ini adalah yang terbaik untuk dilakukan.
Guru BK membagikan selembar kertas berisi tes kepribadian, yang mana dari tes ini para guru akan lebih tahu kecocokan siswa dengan jurusan kuliahnya nanti. agar para guru mudah untuk memberi arahan kepada muridnya. List pertanyaan-pertanyaannya berisi pilihan yang biasanya dilakukan pada keadaan tertentu dan karakter-karakter yang mencerminkan diri sendiri. Lucunya tidak jarang dari para siswa menyelesaikan satu pertanyaan dalam waktu lama dan berujung bertanya pada temannya, menunjukkan bahwa sebagian dari mereka memang tidak mengenal dirinya sendiri. Dan aku termasuk salah satunya bingung mengisi setiap pertanyaan-pertanyaan ini.