Bonus Demografi
Tertulis di papan tulis, dengan ukuran huruf yang besar dan memenuhi seisi papan.
“Bonus Demografi apa itu? Perlu kalian tahu ialah suatu keadaan dimana penduduk yang dikategorikan usia produktif lebih banyak daripada penduduk usia tidak produktif. Nah lalu memangnya berapa usia produktif itu, ada yang tahu?”
“Saya Bu,” Kirana sang juara kelas, si paling antusias disemua mapel, tidak pandang pelajaran, matematika pun dia tetap konsisten.
“15 sampai 64 tahun.”
Pertanyaan yang sebenarnya semua orang disini tahu jawabannya, hanya saja kami akan diam dan membiarkan yang punya julukan juru bicara kelas yang menjawabnya. Bukan karena kami malas, kami kasihan kepada Kirana. Semester lalu, dia turun peringkat dan dimarahi oleh Ayahnya didepan kelas, seisi kelas melihat mata kirana berkaca-kaca menahan tangis dan rasa malu. Di belakangnya teman-teman membicarakan ayahnya yang sangat perfeksionis itu, ayahnya seorang lulusan universitas ternama dan berprofesi sebagai pengacara. Ia ingin anaknya mengikuti jejaknya.
“Benar. Usia produktif adalah 15 sampai 64 tahun. Dan kabar baiknya Indonesia akan diprediksi oleh BPS (Badan Pusat Statistik) akan mengalami bonus demografi tahun 2030-2040. Pada tahun 1990-an Jepang mengalami bonus demografi dan berhasil menyerap 80 persen dari angkatan kerja, akhirnya perekonomian mereka meningkat drastis dan menjadi negara maju sampai saat ini,” lanjut Bu Dina, guru Geografiku.
Aku suka pelajaran Geografi, untuk itu aku tidak mengambil mapel ini untuk pelaksanaan Ujian Nasional nanti. Karena aku akan sedih jika mendapat nilai jelek dipelajaran yang kusukai, lebih baik tidak daripada beresiko.
< >
Rak-rak tinggi tersusun rapi, ac semerbak memenuhi ruangan dengan sensasi dingin, ruangan ini begitu tenang, tidak ada satu orang pun yang berani berbicara dengan suara keras. Mereka yang ingin mengobrol berbisik mendekatkan telinga dan mulut satu sama lain, apalagi kalau bukan perpustakaan. Tempat ternyaman menikmati keadaan yang tenang. Aku mencari buku bacaan yang menghibur mengisi jam rehat yang akan terasa singkat. Hari ini aku sedang puasa melunasi utang-utang puasa ramadhan lalu. Kenya makan di kantin bergabung dengan teman-teman kelasnya.
Aku mencari dari rak paling atas sampai rak paling bawah, rak satu dan rak lainnya belum juga ada buku yang memikat untuk dibaca. Tunggu dulu aku melihat majalah diantara buku-buku edukasi, majalah apa itu?
Majalah tentang biografi dan wawancara anak-anak berprestasi. Aku berminat untuk menengok isinya. Membuka lembar demi lembar ada satu biografi yang membuatku berhenti, dalam waktu lama menatap fotonya dan membaca detail isinya. Itu biografi Kak Allan Dariush, tulisan dimajalah itu tentangnya begitu menarik. Ternyata dia seusia denganku karena pernah lompat kelas, dia menjadi kakak kelasku saat ini, cita-citanya adalah menjadi Dokter Bedah dan tokoh idolanya, Avicenna dan Averroes.
Ada apa dengan ekspresi ini, kenapa aku tersenyum lebar sekali ... Ya Tuhan apakah syaitan sedang menggodaku, aku beristigfar sebanyak mungkin.
“Apa kamu baik-baik saja, kenapa dengan foto itu?” Suara lembut dan santun.
Aku menengok dan berteriak dalam hati, wajahku tidak lagi terkondisikan, aku kaget dan menunjukan wajah terkejut. Tanpa sadar disampingku ternyata Kak Allan...
< >
“Jia.... Aku bawa roti coklat buat kamu buka puasa,” teriak Kenya didalam kelas, membuat seisi kelas tahu bahwa aku sedang puasa.
Aku mengabaikannya dan tetap membaca buku yang kupinjam dari perpustakaan dengan terpakasa.
“Kesambet apa kamu, tumben-tumbenan minjem buku diperpus biasanya anti pinjem-pinjem,” aku tahu Kenya pasti mau mengatakan itu.
“Ih... kok tahu aku mau nanya itu...”
Kenya memelukku, bangga temannya yang pendiam ini ternyata sangat memperhatikannya. Aku tidak mau menceritakan hal yang bagiku memalukan tadi ke siapapun. Biarkan aku melupakannya dan tidak membahasnya.
Teman kelasku membawa setumpuk lembaran berwarna terang, Kenya penasaran dan meminta satu lembaran itu. Kertas HVS ukuran A4 tertulis open reqruitmen dengan bold, klub ‘Cinta Damai’ sedang mencari anggota baru dikhususkan kelas 11. Klub itu beranggotakan kelas 12, sebentar lagi mereka akan lulus, maka sekarang mereka mencari kader penerus klub.
Klub Cinta Damai diketuai oleh Kak Roy, laki-laki paling karismatik yang ku dengar dari orang-orang kenalannya. Kata mereka Kak Roy berkarakter tegas, visioner dan bijaksana dalam mengambil keputusan, ia sangatlah bagus menjadi pemimpin didukung rasionalitasnya yang baik. Ada yang mengatakan pula MBTI nya ENTJ, yang paling langka kedua setelah INFJ. ENTJ merupakan kepribadian yang sama dengan Napoleon Bonaparte, mantan Jendral Prancis yang pernah mengusai hampir seluruh dataran eropa dan ada cerita bahwa ia selalu membawa buku kemana-mana saat perang sekalipun.
Selain ada Kak Roy didalamnya, klub ini memiliki banyak program-program positif yang menunjang rasa kemanusiaan dan pelestarian lingkungan, semua itu cocok denganku yang berpribadian INFP. Dengan itu aku menyatakan ingin bergabung dengan klub Cinta Damai.
“Aku mau daftar!”