Metamorfosis²

Jia Aviena
Chapter #4

Memperjuangkan Cinta

Hati yang penuh gejolak akan membuat pemiliknya mudah terombang-ambing. Butuh sebuah prinsip untuk bisa kokoh pada dunia yang penuh siasat ini. Aku hannyalah anak SMA yang masih bergantung dengan orang tua dan masih ada tempatku untuk mengeluh, orang-orang akan memaklumi jika seusiaku mengeluh akan banyak hal. Tapi, hari ini aku akan berusaha untuk tidak mengeluh dan tak pula mudah goyah.

 Sudah hal lumrah bukan, jika mudah menyukai lawan jenisnya bahkan bisa menyukai lebih dari satu, lagi pula itu hanya sepintas, tidak terlalu serius dan tidak ada ikatan hubungan, menyukai dalam pikiran tanpa ada perkataan. Kali ini aku tidak akan begitu, aku harus fokus untuk menyukai satu pria dan memperjuangkannya.

Aku memang wanita, apakah salah? Tidak mulu harus pria yang melangkah dan mendekati, wanita juga boleh. Tidak ada undang-undang yang melarang wanita memperjuangkan cintanya. Jika ada akan ku demo pemerintah sampai tetes keringatku bercucuran pun aku tidak akan menyerah.

Tidak sabar aku menunggu bunyi bel berdering, aku tidak lapar, tidak juga bosan. Hanya saja aku ingin cepat melihat seseorang adik kelas yang berbeda dua tingkat denganku, anak baru yang punya hubungan darah dengan Kak Allan. Dan aku tidak tahu dia pria atau wanita, jadi jangan tanyakan itu.

Kenya hanya memberiku kelas calon adik iparku, tidak nama, tidak ada deskripsi, tidak ada petunjuk apapun yang membantu. Apa-apaan sih, katanya dia ingin membantuku. Mana mungkin aku bertanya kepada satu kelas itu, siapa yang adiknya kak Allan? Itu hanya akan membuatku terlihat memalukan. Aku tidak akan datang ke kelas ini 10 A 1, sebelum ada kepastian lainnya.

“Jia, kamu ga makan?” Tanya Arina dengan penuh perhatian.

Daripada diam lebih baik aku makan bersama Arina. Masih ada hari esok dan esok dan esok, untuk mendapat informasi tentang adik Kak Allan. Mungkin saja, Kenya masih dalam proses pencarian informasi terbaru. Toh dia juga sedang sibuk belajar, aku harus sabar menunggu.

“Iya aku mau, ayo kita pergi bersama,” ajakku dengan ceria

Arina sangat pendiam dan tenang, membuatku terlihat menjadi orang yang ekstrovert jika bersamanya. Tidak mungkin pula aku menjadi lebih diam, bisa-bisa orang lain menganggap kita patung berjalan. Dengan terpaksa aku selalu mengajaknya mengobrol terlebih dahulu.

“Kamu sedang menyukai seseorang?” Tanya Arina

Arina membuatku terkejut dengan pertanyaan tak terduganya yang juga menandakan pertama kalinya dia memulai pembicaraan. Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum mengalihkan jawaban.

“Aku juga sedang menyukai seseorang,” lanjutnya.

Hari ini Arina sangat berbeda dengan biasanya, sangat terbuka. Sepertinya dia sudah nyaman denganku dan menganggapku lebih dari teman biasa. Aku malah jadi bingung merespons perkataan Arina yang tidak disangka. Hanya satu caranya aku berekspresi seperti Kenya saat bersamaku.

“Oh yah, siapa?” Responku riang.

“Akan kuberitahu nanti, setelah kita makin dekat.”

Kenapa dengan sikapnya, menyebalkan sekali. Apakah ini yang membuatnya tidak memiliki teman. Dia yang memulai malah bersikap main rahasia, seharusnya kalau begitu tidak usah bicara dari awal. Aku menjadi jengkel olehnya. Aku akan menahannya dengan baik, menunjukkan kebencian hanya akan sia-sia dan parahnya bisa membawa malapetaka. Kata orang sih nantinya bisa jadi karma, kita akan dibenci pula di suatu saat nanti atau kita akan sangat menyukai orang yang dibenci.

< >

Aku membawa setumpuk buku membantu guruku, membawanya ke ruang guru. Aku sebenarnya tidak sukarela ingin membantu melainkan ada maksud lain. Posisi ruang guru ada dilantai satu di bagian timur berlawanan dari kelasku. Jika aku pergi membantu aku akan melewati banyak kelas dan salah satunya kelas calon adik iparku 10 A 1. Sudah beberapa hari tidak ada kemajuan informasi dari Kenya, aku akan bergerak sendiri.

Tepat di dekat kelas 10 A 1, aku memperlambat laju jalanku. Sampainya di depannya, aku menengok melihat-lihat siswa yang memiliki kemiripan dengan kak Allan. Tapi, tidak kutemukan. Mungkinkah adiknya sangat berbeda wajahnya. 

Berjalan sambil melihat ke belakang membuatku tidak sadar ada orang didepanku yang hampir menabraknya. Dengan menunduk aku meminta maaf, aku tidak mau melihat wajah yang kutabrak karena itu akan membuatku merasa malu dan terus kepikiran dengan kejadian ini. Yang jelas orang itu pria karena memakai celana.

Aku masih bertanya-tanya yang mana adik Kak Allan, apakah yang cantik dan berkulit putih duduk dibaris paling depan, atau pria tampan yang duduk dipaling belakang. Namun, mereka semua tidak ada yang memiliki kemiripan, apa jangan-jangan aku terlalu fokus melihat yang rupawan saja dan kurang memperhatikan yang wajahnya biasa saja, padahal ada kemungkinan mereka salah satunya.

Kenya datang, apakah dia membawa kabar baru. Aku tidak bisa menahan ekspresi wajah penasaran ini. Kenya tersenyum padaku, aku yakin 99% dia mendapat informasi penting.

Lihat selengkapnya